Family Gathering Fosil MMB

17 Mar 2010

Pada tanggal 28 Februari 2010 kemarin FOSIL MMB Alhamdulillah dengan izin Allah SWT telah sukses melaksanakan program FAMILY GATHERINGdi Sekolah Alam Yogyakarta.
pokoknya seruuu..^^


Family Gathering bersama Ustadz Hartanto Al Hafidz Lc








Sharing session ^^ with ustadz Hartanto






Read More......

Miqdad Bin 'Amr


Rekan-rekannya berkata, “Orang yang pertama memacu kudanya dalam perang fi sabilillah adalah Miqdad bin Aswad.”

Miqdad bin Aswad adalah tokoh yang sedang kita bicarakan; Miqdad bin ‘Amr. Di masa jahiliyah, ia diambil anak oleh Aswad bin ‘Abdi Yaghuts. Karena itu, ia dipanggil Miqdad bin Aswad. Tetapi setelah turunnya firman Allah yang melarang penisbatan nama seseorang ke ayah angkatnya, nama Miqdad dinisbatkan ke nama ayah kandungnya; ‘Amr bin Sa’d.


Miqdad termasuk deretan orang yang pertama masuk Islam, dan orang ketujuh yang menyatakan keislamannya secara terang-terangan, hingga menanggung penderitaan dari kekejaman kaum kafir Quraisy. Semua kekejaman itu ia hadapi secara ksatria.

Kiprah Miqdad di Perang Badar akan senantiasa terukir indah dan tidak akan terlupakan. Bahkan, setiap orang yang melihatnya berharap dialah yang melakukan kiprah itu.

Abdullah bin Mas’ud ra. berkata, “Aku telah menyaksikan kiprah Miqdad. Seandainya aku yang melakukan kiprah itu, tentu lebih aku sukai dari pada semua yang ada di muka bimu ini.”

Hari itu, kaum muslimin tegang, karena orang-orang kafir Quraisy datang dengan kekuatannya yang dahsyat; dengan semangat dan tekad yang bergelora; dengan kesombongan dan keangkuhan mereka.

Hari itu, jumlah kaum muslimin masih sedikit, dan belum teruji dalam peperangan untuk membela Islam. Inilah peperangan pertama yang mereka terjuni.

Saat inilah Rasulullah akan mengetahui keimanan para pengikutnya dan kesiapan mereka untuk menghadapi pasukan musuh yang terdiri dari pasukan pejalan kaki dan pasukan berkuda.

Rasulullah memimta pendapat mereka. Para shahabat paham bahwa beliau benar-benar meminta pendapat mereka. Meskipun nantinya ada pendapat yang berlainan dengan pendapat kebanyakan, Rasulullah tidak akan memarahi orang tersebut.

Miqdad khawatir kalau ada diantara kaum muslimin yang masih berpikir seribu kali untuk melakukan peperangan. Karena itu, sebelum ada yang angkat bicara, Miqdad ingin mendahului mereka, agar dengan kata-katanya yang tegas dapat mengobarkan semangat juang dan bisa menjadi pendapat umum.

Tetapi, sebelum ia menggerakkan kedua bibirnya, Abu Bakar Ash Shidiq sudah mulai bicara. Apa yang dikemukakan Abu Bakar sangat baik, Miqdad pun tenang. Kemudian Umar bin Khathab menyusul bicara. Pendapatnya juga baik.

Setelah itu, barulah Miqdad angkat bicara, “Ya Rasulullah, jangan ragu! Laksanakan apa yang dititahkan Allah. Kami akan bersamamu. Demi Allah kami tidak akan berkata seperti yang dikatakan Bani Israel kepada Musa, ‘Pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah! Kami akan duduk menunggu di sini.’ Tetapi kami akan mengatakan kepadamu, ‘Pergilah bersama Tuhanmu dan berperanglah! Kami akan berperang di sampingmu.’ Demi yang telah mengutusmu dengan membawa kebenaran! Seandainya engkau membawa kami menerjuni lautan lumpur, kami akan patuh. Kami akan berjuang bersamamu dengan gagah berani hingga mencapai tujuan, dan kami akan bertempur di sebelah kanan dan di sebelah kirmu, di bagian depan dan di bagian belakangmu, sampai Allah memberimu kemenangan.”

Kata-kata ini mengalir deras dari bibir Miqdad. Mendengar perkataan ini, wajah Rasulullah terlihat berseri-seri, lalu beliau berdoa untuk Miqdad.

Pasukan Islam pun menjadi bersemangat mengikuti semangat Miqdad. Bahkan, cara bicara Miqdad patut dicontoh oleh yang lain.

Kata-kata Miqdad benar-benar berdampak positif kepada segenap pasukan Islam. Sa’d bin Muadz, pemuka kaum Anshar berkata, “Ya Rasulullah, sungguh, kami telah beriman kepadamu, membenarkanmu, dan kami telah saksikan bahwa apa yang engkau bawa adalah benar. Kami juga sudah bersumpah setia kepadamu. Karena itu, majulah wahai utusan Allah, kami akan bersamamu. Demi yang telah mengutusmu membawa kebenaran, seandainya engkau membawa kami ke lautan, lalu engkau mengarungi lautan itu, tentu kami juga akan mengarunginya. Tidak seorang pun akan berpaling. Kami akan bersamamu berperang melawan musuh. Kami adalah orang-orang yang gagah berani dalam peperangan, tidak gentar menghadapi musuh. Allah akan memperlihatkan kepadamu kiprah kami dalam peperangan yang akan berkenan di hatimu. Karena itu, maju terus, kami akan bersamamu. Berkah Allah akan bersama kita.”

Rasulullah sangat senang. Beliau bersabda kepada para pengikutnya, “Berangkatlah dan bergembiralah.”

Dan kedua pasukan pun berhadapan.

Jumlah anggota pasukan Islam yang berkuda ketika itu tidak lebih dari tiga orang, yaitu Miqdad bin ‘Amr, Martsad bin Abi Martsad, dan Zubair bin Awwam; sementara yang lain berjalan kaki atau menunggang unta.

Ucapan Miqdad yang kita kemukakan tadi, tidak saja menggambarkan keberaniannya, tetapi juga melukiskan sikap bijaknya, dan pola pikirnya yang mendalam.

Dan memang demikianlah sifat Miqdad. Ia orang yang bijak, dan cara pandangnya sangat tajam. Itu tidak hanya terlihat pada ucapannya, tetapi terlihat juga pada prinsip hidup dan perilakunya yang lurus. Semua pengalamannya adalah sumber bagi sikap bijak dan pola pikirnya.

Ia pernah diangkat oleh Rasulullah sebagai Gubernur di suatu wilayah. Tatkala ia kembali dari tugasnya, Nabi bertanya, “Bagaimana dengan jabatanmu?” Ia jawab dengan jujur, “Engkau telah menjadikanku menganggap diri ini di atas rakyat sedang mereka di bawahku. Demi yang telah mengutusmu membawa kebenaran, mulai saat ini saya tidak adakan menjadi pemimpin sekalipun untuk dua orang.”

Jika ini bukan sikap bijak, lantas apa?
Jika dia bukan seorang bijak, lantas siapa?
Ia adalah ser\orang laki-laki yang tidak tertipu oleh diirnya dan kelemahannya.
Ia menjadi gubernur, lalu dirinya dikuasai kemegahan dan pujian. Kelemahan ini disadarinya hingga ia bersumpah akan menghindarinya dan menolak untuk menjadi gubernur lagi setelah pengalaman pahit itu.

Dan ia menepati janjinya itu. Sejak saat itu, ia tak pernah menerima jabatan pemimpin.

Ia sering mengucapkan sabda Nabi SAW yang berbunyi, “Orang yang berbahagia ialah orang yang dijauhkan dari kehancuran.”

Jika jabatan kepemimpinan dianggapnya suatu kemegahan yang menimbulkan atau hampir menimbulkan kehancuran bagi dirinya, maka syarat untuk mencapai kebahagiaan baginya ialah menjauhinya.

Diantara sikap bijaknya adalah kehati-hatiannya dalam menilai orang. Sikap ini juga ia pelajari dari Rasulullah SAW yang telah menyampaikan kepada umatnya, “Berubahnya hati manusia lebih cepat dari periuk yang sedang mendidih.”

Miqdad sering menangguhkan penilaian terakhir terhadap seseorang sampai dekat saat kematian mereka. Tujuannya ialah agar orang yang akan dinilainya tidak mengalami hal baru lagi. Adakah perubahan setelah kematian?

Sikap bijaknya terlihat sangat jelas dalam dialog berikut. Seorang temannya menceritakan, “Suatu hari, kami duduk dekat Miqdad. Tiba-tiba seorang laki-laki lewat dan berkata kepada Miqdad, ‘Sungguh berbahagialah kedua mata yang telah melihat rasulullah SAW ini. Demi Allah, kami sangat senang jika dapat melihat apa yang kau lihat, dan menyaksikan apa yang kau saksikan.”

Miqdad menghampirinya dan berkata, “Apa yang mendorong kalian ingin menyaksikan peristiwa yang tidak dipertontonkan oleh Allah, padahal kalian tidak tahu bagaimana kondisi kalian jika menyaksikannya? Demi Allah, ada orang-orang yang hidup di masa Rasulullah SAW tapi mereka dijerumuskan Allah ke neraka Jahannam. Sebaiknya kalian bersyukur kepada Allah yang menghindarkan kalian dari malapetaka seperti yang menimpa mereka itu, dan menjadikan kalian sebagai orang-orang beriman kepada Allah dan Nabi kalian!”

Sungguh satu sikap bijak yang luar biasa.
Tidak seorang pun yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya yang kalian temui, kecuali ia menginginkan hidup di masa Rasulullah dan dapat melihatnya.

Tetapi penglihatan Miqdad yang tajam dapat menembus sesuatu yang tidak terjangkau oleh keinginan itu.

Bukankah tidak mustahil orang yang menginginkan hidup pada masa-masa tersebut akan menjadi salah seorang penghuni neraka?
Bukankah tidak mustahil ia berada di barisan orang-orang kafir?

Tidakkah lebih baik jika ia bersyukur kepada Allah yang telah menghidupkannya di masa di mana Islam telah tersebar luas, sehingga ia bisa melaksanakan ajaran Islam dengan mudah.

Demikianlah pandangan Miqdad, memancarkan sikap bijak dan kecerdasan. Dan setiap tindakan dan ucapannya membuktikan bahwa ia adalah orang yang bijak dan memiliki pola pikir yang mendalam.

Kecintaan Miqdad kepada Islam tidak terkira besarnya. Selain itu, ia orang yang bijak dan memahami permasalahan dengan benar.

Cinta yang mendalam dan tertata menjadikan pemiliknya sebagai orang yang istimewa. Ia tidak berhenti pada rasa cinta tapi tahu akan semua konsekuensinya.

Inilah tipe Miqdad bin ‘Amr. Cintanya kepada Rasulullah menumbuhkan rasa tanggung jawab atas keselamatan Rasulullah. Setiap didengar ada kehebohan di Madinah, maka dengan secepat kilat Miqdad telah berada di ambang pintu rumah Rasulullah menunggang kuda, sambil menghunus pedang atau tombaknya.

Cintanya kepada Islam menyebabkannya bertanggungjawab untuk membela ajaran Islam. Tidak saja dari tipu daya musuh-musuhnya, tetapi juga dari kekeliruan rekan-rekannya sendiri.

Suatu ketika, ia berada dalam pasukan kecil yang berhasil dikepung oleh pasukan musuh. Komandan pasukan memerintahkan agar tidak seorang pun menggembalakan hewan tunggangannya. Tetapi salah seorang anggota pasukan tidak mengetahui larangan itu, dan melanggarnya. Sebagai akibatnya ia menerima hukuman yang rupanya lebih besar dari yang seharusnya, atau bahkan tidak layak menerima hukuman.

Miqdad lewat di depan orang yang kena hukuman itu. orang itu sedang menangis dan berteriak-teriak. Ketika ditanya, ia mengisahkan apa yang telah terjadi. Miqdad menggandeng tangan orang itu, lalu diajak pergi menghadap komandan. Terjadi dialog antara Miqdad dengan komandan. Dan akhirnya, terbukti bahwa komandanlah yang bersalah.

Miqdad berkata kepada komandan, “Sekarang berilah kesempatan kepadanya untuk melakukan qishash.”

Komandan itu patuh pada saran Miqdad. Namun tentara itu memaafkan. Miqdad melihat pemandangan ini dengan takjub. Ia mencium kebesaran Islam yang telah memberikan keluhuran. Ia berkata “Saat aku mati, Islam sudah dihormati.”

Itulah cita-citanya, yaitu kejayaan Islam saat ia meninggal dunia. Ia perjuangkan cita-cita ini dengan penuh kesabaran dan pengorbanan, bersama rekan-rekannya yang lain. Hingga ia layak menyandang sabda Nabi SAW “Sesungguhnya Allah menyuruhku menyayangimu, dan memberitahuku bahwa Dia menyayangimu.” [sumber: 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW]

Read More......

Family Gathering Fosil MMB


Assalaamu'alaikum

Sobat bengkulu,
pada tanggal 28 Februari 2010 kemarin FOSIL MMB Alhamdulillah dengan izin Allah SWT telah sukses melaksanakan program FAMILY GATHERING lho.
Ada sharing session bareng ustadz Hartanto Al hafidz Lc dan outbond session..
Acara dilaksanakan di Sekolah Alam Yogyakarta.
pokoknya seruuu..^^


Naaah, kami tetap akan menunggu saran,ide, dan kontribusi dari sobat semua.
so, tunjukkan kontribusimu dan mari berkarya bareng di forum Silaturrahim kita ini ya ^^

wassalaamu'laikum
best regards
FOSIL MMB

Read More......

Selayang Pandang Keluarga Muslim Bangka Belitung ( Kamus Babel)


Assalamu'alaykum...
Alhamdulillah… Segala puji bagi Allah atas nikmat Iman, Islam dan berjama’ah yang dikaruniakan kepada kita semua. Setelah memasuki perjalanan di tahun ketiga Muslim Babel merasa perlu ada sesuatu yang konkret sebagai bagian dari kontribusi kami. Maka kedepan kami merumuskan visi dalam 3 kata kunci Silaturahim, pembinaan, dan pemberdayaan potensi.

SILATURAHIM
1. Menjalin silaturahim dengan berbagai pihak, baik jaringan mahasiswa maupun tokoh masyarakat Bangka Belitung


PEMBINAAN
1. Merintis kegiatan ta’lim di setiap wilayah sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing wilayah
2. Menjalin komunikasi dengan pengelola dakwah sekolah di Babel sebagai upaya untuk menjaga ADS asal Bangka Belitung dan penyiapan iron stock masa depan
3. Mengoptimalkan peran nasrul fikroh dan kaderisasi melalui wajihah perkumpulan mahasiswa Babel seperti ISBA, IKPB, dan lain-lain

PEMBERDAYAAN POTENSI
1. Membuat analisis kebutuhan, permasalahan dan kondisi Bangka Belitung
2. Mempererat jaringan internal/eksternal Babel yang produktif & kontributif, baik lembaga/perseorangan (akademisi, politikus, usahawan, birokrasi dll)
3. Merumuskan solusi dan membuat usaha yang produktif untuk menyelesaikan permasalahan Bangka Belitung sebagai upaya berkontribusi bagi Bangka Belitung

PRINSIP DASAR
1. SILATURAHIM PRODUKTIF
2. NILAI-NILAI KEISLAMAN APLIKATIF
3. KESADARAN KEDAERAHAN YANG KOLEKTIF

JARINGAN
• Bangka Belitung
• Palembang
• Jadebotabek
• Bandung
• Semarang
• Yogyakarta

Read More......

Pahlawan, Pecinta Dan Pembelajar


Semangat kepahlawanan dan kekuatan cinta adalah sumber energi yang menggerakkan segenap raga kita untuk menciptakan taman kehidupan yang indah bagi diri kita dan orang lain. Tapi pembelajaran menuntun kita untuk berjalan dengan cara yang benar pada peta jalan yang tepat menuju ke sana.

Semangat kepahlawanan dan kekuatan cinta adalah sumber energi yang mendorong kita untuk terus-menerus memberi, untuk berkontribusi tanpa henti dalam menciptakan taman kehidupan yang indah itu.


Tapi pembelajaran menuntun kita untuk mengembangkan kapasitas diri kita, juga tanpa henti, agar semangat memberi berbanding lurus dengan kemampuan kita untuk memberi. Sebab mereka yang tidak punya apa-apa, kata pepatah Arab, takkan bisa memberi apa-apa.

Semangat kepahlawanan dan kekuatan cinta adalah sumber energi yang lahir dari keikhlasan dan ketulusan niat, tumbuh berkembang dalam lingkungan hati yang mulia dan luhur, mekar dan berbuah dalam rengkuhan jiwa yang baik dan bijak. Maka seluruh niatnya adalah kebajikan. Maka segala cintanya adalah ketinggian. Tapi pembelajaran membingkai niat baik itu denga cara yang benar dan tepat.

Maka berpadulah ketulusan dengan kebenaran. Maka bertautlah kebaikan dengan ketepatan. Maka menyatulah keluhuran dengan keterarahan. Maka bersamalah ketinggian cita dengan peta jalan yang terang benderang.

Begitulah pada mulanya pahlawan sejati menapaki tilas sejarah mereka. Mereka mendengar panggilan sejarah yang diteriakkan oleh pekik nurani mereka. Maka mereka terbangun, tersadar, lalu bergerak. Lalu datanglah cinta memberi tenaga pada gerak mereka. Maka langkah kaki mereka menancap kokoh di tapak sejarah, melaju secepat angin, kuat bertenaga bagai badai. Tapi mereka menyadari makna waktu dalam aksi mereka; bahwa ada keterbatasan waktu yang tidak bisa mereka kendalikan padahal cita mereka teramat tingggi; bahwa memberi adalah proses yang tak boleh berhenti seperti kompetisi maraton yang mensyaratkan nafas panjang. Mereka memiliki sumber energi yang dahsyat, tapi mereka juga tahu bagaimana mengelola energi itu untuk bisa menciptakan karya kehidupan yang maksimal. Mereka menyadari bahwa mereka memiliki keterbatasan yang rapuh, tetapi mereka juga tahu bagaimana mensiasati keterbatasan itu untuk bisa tetap bertumbuh sampai ke puncak. [Anis Matta, sumber : Serial Pembelajaran, Majalah Tarbawi]

Read More......
 
 
 

KUNJUNGAN

free counters
Powered By Blogger

detiknews - detiknews

JARINGAN

 
Copyright © KAMUS BABEL