Risau

24 Mar 2010


Hari itu, seseorang menjumpai Umar bin Abdul Aziz. Khalifah dari Bani Umayyah yang sangat terkenal itu. Didapatinya Umar sedang menangis. Sendirian.

“Mengapa engkau menangis wahai Amirul Mukminin?” tanya orang itu dengan hati-hati. “Bukankah engkau telah menghidupkan banyak sunnah dan menegakkan keadilan?” tanya orang itu lagi dengan nada menghibur.

Umar masih terus menangis. Tidak ada tanda-tanda ia akan berhenti dari tangisnya. Beberapa saat kemudian, barulah ia menyahut seraya berkata, ”Bukankah aku kelak akan dihadapkan pada pengadilan Allah, kemudian aku ditanya tentang rakyatku. Demi Allah, kalau benar aku telah berbuat adil terhadap mereka, aku masih mengkhawatirkan diri ini. Khawatir kalau diri ini tidak dapat menjawab pertanyaan seandainya banyak hak rakyatku yang aku dzalimi?”


Air mata Umar terus mengalir dengan derasnya. Tidak lama berselang setelah hari itu, Umar menghadap Allah subhanahu wataala. Ia pergi untuk selama-lamanya.

Umar bin Abdul Aziz, yang menangis dan terus menangis itu, hanyalah satu contoh dari kisah ’orang-orang risau’. Ya, orang-orang yang selalu punya waktu untuk merasa risau, gundah, dan khawatir.

Bahkan sebagian mereka mengkhususkan waktu-waktu tertentu untuk risau. Risau terhadap dirinya, terhadap orang-orang di sekitarnya, atau terhadap beban dan tanggung jawab yang dipikulnya.

Paradigma orang yang menemui Umar, dalam kisah di atas, sangat berbeda dengan paradigma Umar, yang tetap saja menangis. Orang itu bertanya heran mengapa Umar masih menangis, karena dalam pandangan dirinya, Umar sudah sangat terkenal keshalihan dan kebajikannya. Umar telah banyak melakukan kebaikan, berlaku adil kepada rakyat. Dan bahkan mengantarkan mereka kepada kehidupan yang makmur dan damai.

Tetapi Umar tetap menangis. Tangis kerisauan dari seseorang yang mengerti betul bagaimana ia mesti ber-etika di hadapan Tuhannya. Tangis Umar adalah ekspresi kerisauan. Kerisauan seorang penguasa yang memikul tanggung jawab berat. Tanggung jawab memimpin ribuan rakyat. Ia juga tangis seorang yang telah menapaki tangga-tangga hikmah. Yang keluasan ilmu dan amalnya semakin membuatnya merunduk dan merendah.

Kerisauan seorang Umar, adalah bukti bahwa setinggi apapun derajat hidup orang, sesungguhnya Ia bisa risau. Meski kerisauan setiap orang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Bahkan justru di sinilah inti permasalahannya. Ialah bahwa sejarah selalu mencatat, orang-orang besar sepanjang jaman, adalah orang-orang yang punya waktu untuk risau, mengerti mengapa harus risau, dan apa yang mereka risaukan. Sebagian bahkan meniti awal kebesarannya dari awal kerisauannya.

Sebab rasa risau adalah titik api pertama, yang akan melontarkan sikap-sikap positif berikutnya, lalu membakarnya hingga menjadi matang. Sikap mawas, selalu mengevaluasi diri, tidak besar kepala, bertanggung jawab, tidak mengambil hak orang, dan lain-lainnya. Keseluruhan sikap-sikap itu, pemantiknya adalah risau.

Sejarah tidak pernah memberi tempat bagi orang-orang yang tidak pernah risau, selalu merasa aman, enjoy sepanjang hidup, tanpa beban sedikitpun, untuk dicatat dalam daftar orang-orang besar. Karena risau tidak saja simbol kesukaan akan tantangan, dinamika dan kompetisi, tapi risau juga kendali dan sumber inspirasi bagi segala sikap kehati-hatian.

Dalam pengertian inilah, kita memahami peringatan Allah, bahwa seorang Mukmin, dan bahkan setiap manusia, tidak boleh merasa aman dari adzab Allah. Orang-orang yang merasa aman, tidak pernah merasa risau, tidak punya waktu untuk risau, dan bahkan tidak mengerti mengapa harus risau, adalah orang-orang yang rugi.

Simaklah firman Allah yang artinya, ”Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi. " (QS. Al-A’raf: 97 - 99).

Ayat tersebut sedemikian jelas memaparkan, bahwa merasa aman dari adzab Allah adalah tindakan yang salah. Kuncinya sangat sederhana. Karena manusia tidak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari. Bahkan ia juga tidak bisa memastikan, apa yang akan terjadi beberapa menit kemudian. Bisa jadi besok ia melakukan kesalahan, lalu sesudah itu ia mendapat adzab. Bisa juga ia tidak melakukan kesalahan. Tetapi juga mendapat imbas adzab dari kesalahan yang dilakukan orang lain.

Hidup ini seperti hutan belantara yang sangat lebat. Manusia dan keseluruhan makhluk saling berlomba di dalamnya. Berpacu, beradu, berlomba, atau juga saling bekerjasama. Lebatnya belantara hidup membuat hidup begitu liat, keras, dan kadang harus saling mengalahkan. Dalam seluruh denyut kehidupan itu manusia terikat oleh serabut-serabut panjang dan saling berhimpitan. Ujung serabut itu terikat dengan makhluk-makhluk itu. Sedang pangkalnya ada dalam genggaman tangan-tangan Allah. Serabut-serabut itu adalah kekuasaan Allah, yang dari sana lahir takdir-takdir bagi keseluruhan hidup manusia.

Maka, rasa risau, dalam tatanan Islam adalah awal dari rasa ketergantungan kepada sumber-sumber yang memberi rasa aman. Dan, sumber utama rasa aman itu adalah Allah. Yang Maha Kuat lagi Maha Melindungi. Karenanya, orang-orang seperti Umar sangat memahami betapa risau haginya adalah sebuah proses produktif seseorang dalam berinteraksi dengan Tuhannya. Ia risau dan karenanya ia menangis. Ia menangis dan karenanya ia berharap.

Kita, di sini, sekumpulan orang-orang yang tak akan sampai menyamai Umar bin Abdul Aziz, apalagi melampaui, semestinya menjadi orang-orang yang akhirnya mengerti darimana sebuah kebesaran dimulai. Bahkan, sebuah harapan, ternyata, mula-mula adalah segumpal risau.

Salah satu kebutuhan penting dalam hidup, adalah merisaukan diri. Ia semacam rumah-rumah kecil untuk persinggahan, bagi keseluruhan alur dan aliran semangat serta gelora hidup kita. Sebuah risau adalah tali penyeimbang antara menengok ke belakang dan berhati-hati menatap ke depan.

Maka seperti apakah risau kita hari ini?

Read More......

Mendaki Sejarah


Di alam batin para pahlawan, pencinta dan pembelajar sejati, hidup selalu dimaknai dengan pendakian sejarah. Kita akan sampai ke puncak kalau kita selamanya mempunyai energi dan rute pendakian yang jelas. Pendakian kita akan terhenti begitu kita kehabisan nafas dan kehilangan arah. Energi dan rute, nafas dan arah, adalah kekuatan fundamental yang selamanya membuat kita terus mendaki, selamanya membuat hidup terus bertumbuh.

Semakin tinggi gunung yang kita daki, semakin panjang nafas yang kita butuhkan. Begitu kita kehabisan oksigen, kita mati. Semakin kita berada di ketinggian semakin kita kekurangan oksigen. Itu sebabnya kita harus merawat dan mempertahankan semangat kepahlawanan kita. Karena dari sanalah kita mendapatkan nafas untuk terus mendaki.


Tapi kita perlu rute yang akurat dan jelas. Sebab kesadaran tentang jarak memberikan kita kita kesadaran lain tentang bagaimana mendistribusikan energi secara seimbang dan proporsional dalam jarak tempuh yang harus dilalui dan pada lama waktu yang tersedia.

Rute yang jelas dan akurat akan membuat kita jadi terarah. Keterarahan, atau perasaan terarah, sense of direction, memberi kita kepastian dan kemantapan hati untuk melangkah. Pandangan mata kita jauh menjangkau masa depan, menembus tabir ketidaktahuan, keraguan dan ketidakpastian. Kita tahu ke mana kita melangkah, berapa jauh jarak yang harus kita tempuh, berapa lama waktu yang kita perlukan. Ketika kita menengok ke belakang, atau melihat ke bawah, ke kaki gunung yang telah kita lalui, ke lembah ngarai yang terhampar di sana, kita juga tahu jarak yang telah kita lalui. Ilham dari masa lalu dan mimpi masa depan terajut indah dan cerah dalam realitas kekinian.

Rute itu membuat kita menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran akan jarak dan waktu. Dalam kesadaran ini fokus kita tertuju pada semua upaya untuk menjadi efisien, efektif dan maksimal. Kita menjadi peserta kehidupan yang sadar, kata Muhammad Iqbal.

Kesadaran itu manifestasi pembelajaran. Kesadaran itu melahirkan kekhusyukan. Maka begitulah sejak dini benar, tepatnya pada tahun keempat periode Makkah, Allah menegur keras para sahabat Rasulullah SAW, generasi pertama Islam, untuk tidak banyak bercanda dan segera menjalani kehidupan dengan kekhusyukan:

“Belumkah datang saatnya bagi orang-orang yang beriman untuk mengkhusukkan diri mengingat Allah dan (melaksanakan) apa yang turun dari kebenaran itu (Al- Qur’an)”. [Anis Matta, sumber : Serial Pembelajaran, Majalah Tarbawi]

Read More......

Israel Tak Ingin Damai


Oleh: Dr. Nasrin Murad

Sebelum berdirinya negara Entitas Zionis di Palestina tahun 1948, bahkan jauh sebelum itu, tidak ada dalam agenda bangsa Israel untuk berdamai dengan bangsa lain. Sebaliknya, sudah menjadi tabiat bangsa ini selalu iri, dengki serta dendam kepada yang lainya. Disamping merasa paling tinggi dibanding bangsa lain.

Kalau kita membuka sejarah panjang konflik antara Arab – Israel, kita akan mendapatkan, bahwa yang selalu memulai agresi dan menyerang adalah Israel. Terutama bagi mereka yang terlanjur tinggal bertetangga dengannya.

Dalam setiap kesempatan mereka selalu memanfaatkan kekuatan militer untuk mendukung kepentinganya.


Dalam setiap pertempuran, mereka selalu menghadirkan kekuatan. Semuanya tahu, Israel terkenal dengan makar dan tipu dayanya. Bahkan di saat mereka menanda tangani perjanjian gencatan senjata ataupun perdamaiannya sekalipun. Merekalah yang pertama kali melanggar perjanjian kesepakatan.

Sejumlah pihak yang dikenal sebagai penengah perdamaian dari luar kawasan, mayoritas sudah dibentuk untuk selalu tunduk atau condong pada Israel. Biasanya mereka muncul setelah terjadinya perang atau krisis yang menyababkan hak-hak bangsa Palestina semakin terkuras.

Sejumlah mediator biasanya berasal dari organisasi internasional semisal PBB. Atau dari pihak yang netral di kalangan barat. Tetapi biasanya semuanya condong pada kebijakan-kebijakan Israel.

Para mediator ini biasanya berperan aktif dalam peneguhan Entitas Zionis yang muncul bersamaan dengan agresi Israel. Seperti halnya yang terjadi pada tahun 1948. Dan pada paska perang Juni 1967 atau setelah perang umum Oktober 1973, setelah Israel menyerang Libanon serta perlawanan Palestina dalam beberapa dekade pertempuran antara keduanya.

Dari sini tampak bahwa Israel selalu menolak mentah-mentah perdamaian. Sebelum, ketika atau setelah dilangsungkanya kesepakatan. Seperti terjadi pada kesepakatan Oslo yang ditanda tangani di Washington tahun 1993. Agar ia menerima perdamaian, walau hanya formalitas dengan prinsip-prinsip perdamaian, maka harus dilakukan berabagai penyerahan yang sangat menyiksa dan menyesakkan dada.

Ditengah hal itu, harus ada jaminan untuk mengakui secara resmi atas eksistensi Israel di Palestina yang dijajahnya antara tahun 1917. Jauh sebelum adanya perjanjian Belfour hingga deklarasi berdirinya Negara Israel secara resmi tahun 1948. Dan semua itu menghasilkan transaksi politik neraka buat bangsa Palestina dan kemenangan di atas angin untuk Israel.

Kemudian pemerintahan Palestina yang dihasilkan dari perjanjian Oslo sangat-sangat terbatas dari berbagai segi. Pemerintahan tersebut diperlukan seolah hanya untuk memberikan cap jempol cek kosong bagi Israel. Ia harus menerima apa saja yang diinginkan Israel termasuk siasat pemerasan, baik secara paksa, lemah lembut, konspiratif, penipuan atau kebodohan politis.

Dalam setiap langkahnya, baik besar maupun kecil dalam menuju terbangunya perdamaian, Israel selalu membuat batu sandungan, kerikil ataupun rintangan. Maka perundingan damai dengan Israel ibarat judi politik. Israel senantiasa melakukan berbagai macam pembunuhan politik, perampasan tanah dan memprovokasi perasaan bangsa Arab dan kaum muslimin, secara agama maupun kemanusiaan.

Tujuan akhir dari tindakan mereka adalah menghapuskan semua upaya damai. Karena perdamaian menurut Israel adalah tunduk pada persyaratan-persayaratan perdamaian. Hal ini jelas menantang obsesi Israel sebagaimana terdapat dalam kitab Talmud maupun Taurat.

Ditengah penolakannya terhadap perdamaian, berarti Israel telah melecehkan perasaan ratusan juta manusia. Mengubah peninggalan bersejarah Al-Quds, bukan hanya terjadi saat ini saja. Jauh sebelumnya yaitu sebelum pendirian Negara Israel mereka telah melakukannya. Akan tetapi langkah mereka masih tersendat menunggu saat yang tepat.

Saat ini, proses yahudisasi Al-Quds telah memasuki fase terakhir, dengan cara arogan dan biadab. Mereka telah melanggar semua prinsip nilai, pengakuan nasional, agama dan kemanusiaan. Mereka melakukanya atas hawa nafsu, obsesi, penafsiran dan bisikan rasialisnya. Mereka mau mengembalikan sejarah pada ribuan tahun sebelumnya. Mimpi ini mereka terapkan pada rakyat Arab dan Islam yang telah dikerdilkan dan dilemahkan atas ketidakmampuan mereka dalam bidang militer, akibat undang-undang persenjataan yang sangat tidak adil, bila dibanding Israel yang kemampuanya berlipat-lipat dan dilengkapi peralatan canggih dan modern.

Orang-orang yang masih menggantungkan harapannya terhadap perdamaian Israel, kini dilanda kebimbangan dan kegalauan. Mereka hamper-hampir putus asa dalam setiap transaksinya.

Oleh karena itu, Israel membangun kerja sama dengan sekutunya secara strategis untuk mempersiapkan segala sesuatunya tanpa batas, baik pendanaan, dukungan maupun opininya.

Dari sisi nasionalisme, Israel tidak menginginkan bangsa Palestina menguasai satu jengkalpun tanah di wilayah jajahan. Baik yang dijajah sejak tahun 1948 atapun pada wilayah jajahan tahun 1967.

Atas dasar agama dan kelompok radikal Israel menodai semua situs tempat yang sensitif dalam sejarah agama Islam maupun Nashrani. Seperti yang terjadi di Betlehem, Al-Quds dan Hebron. Dan dari sisi kemanusiaan, mereka senantiasa melakukan penganiayaan terhadap rakyat Palestina setiap harinya. Di samping penghinaan dan pelecehan yang menyakitkan sejak puluhan tahun yang lalu. [Sumber: Infopalestina]

Read More......

Beasiswa Master dan Ph.D NTUST

23 Mar 2010



Assalamu’alaikum Wa rahmatullah Wa Barakatuh
Bismillah…

Deadline untuk fall semester 2010, pada tanggal 31 Maret 2010. Ayo.. Daftarkan diri anda..

Beasiswa National Taiwan University of Science and Technology (NTUST)

National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) adalah salah satu universitas di Taiwan yang paling progresif membuka peluang bagi calon mahasiswa di seluruh dunia untuk kuliah program bachelor, master dan doctorate. Pada tahun 2003, universitas ini masuk 10 top asia’s universities versi Asia Week.


Sesuai dengan namanya universitas ini lebih memfokuskan pada bidang science dan technology. Bidang-bidang ilmu yang ditawarkan untuk program master dan doctorate di NTUST untuk tahun akademik 2009-2010 adalah sebagai berikut:

1. College of Engineering: Automation and Control, Materials Science & Technology, Mechanical Engineering, Construction Engineering, Chemical Engineering
2. College of Electrical & Computer Engineering: Computer & Communication Network Program, Electrical Engineering, Electronic Engineering, Computer Science & Information Engineering (hanya doctorate).
3. College of Management: Industrial Management, Bussiness Administration, Information Management (hanya doctorate), Finance, MBA.
4. College of Liberal Arts & School Science: Applied Foreign Languange (hanya master)

Beasiswa ini adalah dari NTUST (bukan dari pemerintah Taiwan) yang mencakup: Tuition waiver (pembebasan beasiswa) dan monthly stipend (master: NTD10,000/month, doctorate: NTD15,000/month). Beberapa laboratorium yang dikelola oleh Professor menawarkan research assistant (RA) atau teaching assistant (TA) dengan honor per bulan yang bervariasi antara NTD2000 – NTD8000 (bergantung pada laboratorium masing-masing).

Persyaratan yang mesti dipenuhi untuk mendapatkan beasiswa NTUST antara lain:

1. Calon mahasiswa tidak kewarganegaraan Taiwan, Chinese Overseas, Hongkong, Macau, dan RRC.
2. Calon mahasiswa tidak pernah dikeluarkan dari universitas di Taiwan sebelumnya.
3. Melengkapi dokumen-dokumen berikut: Application Form, 1 Copy ijazah S-1 dan atau S-1 dan S-2 , 1 Copy Traksrip S-1 dan atau S-2 (bagi yang mendaftar Doctorate melampirkan copy ijazah dan transkrip S-1 & S-2), Surat Pernyataan Kesanggupan Pembiayaan Studi (Financial Statement). Semua dokumen diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan dilegalisir di Kantor Dagang & Ekonomi Taipei (TETO) di Jakarta. Namun untuk pendaftaran, dokumen yang dilegalisir oleh pihak universitas di Indonesia masih diperbolehkan. Apabila diterima dan bersedia untuk studi di NTUST, maka semua dokumen mesti dilegalisir di TETO.
4. Surat rekomendasi dari dua orang Dosen Pembimbing S-1/S2, atau Rektor dll yang mengetahui persis kemampuan calon mahasiswa dan masih relevant.
5. Surat keterangan kesehatan paling lama 6 bulan terakhir dari rumah sakit (dalam bahasa Inggris dapat dikirimkan setelah diterima). Pemeriksaan kesehatan meliputi: Chest X-Ray (TBC), Serological test for HIV, Stool Examination for Parasites, Serological test for Syphilis
6. Rencana studi (study plan) dalam bahasa Inggris (ini hal penting, kemukakan latar belakang, motivasi studi di NTUST, rencana penelitian, manfaat penelitian bagi Taiwan dan Indonesia, tujuan penelitian, dan pengalaman penelitian)
7. Pendaftaran dapat dilakukan secara online: http://140.118.99.87/FA_FrontEnd/Default.aspx
8. Batas akhir waktu pendaftaran adalah setiap 30 November untuk masuk spring semester dan 31 Maret untuk masuk fall semester setiap tahunnya.
9. Guidlines untuk aplikasi dapat di-download melalui link berikut: http://www.admission-e.ntust.edu.tw/front/bin/ptlist.phtml?Category=3

Walapun tidak disyaratkan secara tertulis, IPK sebaiknya > 3.50 (dari skala 4.00) dan TOEFL score > 550, karena calon mahasiswa mesti bersaing untuk memperoleh beasiswa.

Jika aplikasi tidak dilakukan secara online (disarankan untuk aplikasi online), formulir aplikasi dan dokumen-dokumen dikirimkan melalui surat ke alamat berikut:

<>
National Taiwan University of Science and Technology
No. 43 Sec. 4 Keelung Road, Taipei. Taiwan. 106

Jika mendapatkan beasiswa, mahasiswa mesti harus mengeluarkan biaya per semester untuk pembayaran asrama (dormitory) NTD6000~6200 dan health inssurance NTD4800. Biaya makan sehari-hari biasanya NTD100-150/hari dan sangat bergantung pada kebiasaan masing-masing. Rata-rata biaya hidup per bulan bagi mahasiswa single (belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan hidup) adalah NTD6000-8000.

Selamat mendaftar, semoga berhasil.

Read More......

Selamat Datang Tuan Obama!


Selamat datang Tuan Obama. Sepertinya, Anda masih ragu bahwa kami akan menyambut Anda sebagai tamu dan memperlakukan Anda dengan baik. Betul demikian? Oh, Anda bertanya soal saudara-saudara kami yang menolak kehadiran Anda, Tuan Obama? To the point sekali Anda ini ya! Khas Amerika. Tetapi kami suka itu; sebuah gambaran sikap sangkil dan tak bertele-tele.

Baik, ini tentang mereka yang menolak kehadiran Anda. Ya, tentu saja pasti ada. Sebaik apapun, tak ada manusia di dunia ini yang bisa disukai oleh semua orang. Adalah mustahil untuk menyenangkan semua pihak. Anda tentu memahaminya. Anda pasti pernah merasakannya. Terutama saat rakyat Amerika menentukan pilihan sulit yang akhirnya memenangkan Anda sebagai presiden mereka. Kami tahu, Anda pernah ditentang secara lebih getir dan menyakitkan daripada penolakan ini. Bahkan juga dalam hari-hari ini, di negara Anda sendiri.


Dan inilah negeri kami yang menghormati kebebasan warganya untuk mengungkapkan aspirasi. Inilah negara demokrasi yang dalam banyak hal seringkali jauh lebih demokratis daripada negara Anda, Tuan Obama. Mereka, saudara-saudara kami itu, berdemonstrasi, menggelar acara di mana-mana. Ya. Pemerintah kami pun takkan bisa menghentikan itu, Tuan Obama. Kami orang Indonesia yang jamaknya muslim ini terbiasa menenggang perbedaan, menghargai pendapat sesama, dan merembuk semua soal secara baik-baik dalam musyawarah.

Dalam hal ini, dengan tulus hati kami sampaikan, Amerika memang harus belajar dari Indonesia.

Anda bertanya,”Jadi kalian muslim yang berbeda kelompok? Apakah mereka fundamentalis dan kalian moderat?” Kami katakan tidak, Tuan Obama. Kami muslim, kami bersaudara, dan kami tetap satu barisan. Bagi kami, situasi tak boleh lebih penting daripada hubungan. Situasinya adalah kami berbeda pendapat tentang kehadiran Anda –juga tentang banyak hal yang lain-. Adapun hubungan di antara kami adalah persaudaraan. Untuk Anda fahami, hubungan persaudaraan kami jauh lebih kuat daripada situasi perbedaan pendapat kami itu.

Saya akan membuatnya mudah untuk Anda, Tuan Obama; ini seperti seorang isteri yang tak selalu setuju dan tak selalu menyukai tamu-tamu suaminya. Tapi mereka pantang bercerai jika hanya soal itu. Kedatangan Anda memang membuat kami berbeda pendapat, tetapi jangan ragukan persaudaraan dan ikatan cinta di antara kami. Dan, -maaf jika agak kasar-, jangan coba-coba memecah belah kami.

Tuan Obama, sesungguhnya ada banyak alasan mengapa kami bersedia menyambut dan menerima Anda. Pertama-tama tentu saja karena Anda datang sebagai tamu. Setidaknya itulah yang anda katakan. Nabi kami sungguh berpesan, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia memuliakan tamunya.”

Beliau telah memberi banyak contoh kepada kami Tuan Obama. Beliau berkenan menerima tamu bahkan yang paling tidak menyenangkan sekalipun. Di antara mereka ada ‘Utbah ibn Rabi’ah yang jahat dan suka menyiksa sahabat-sahabat beliau nan lemah. Tapi ketika dia datang sebagai tamu yang hendak bicara, Sang Nabi menerimanya dengan senyum dan tangan terbuka. “Duduklah hai Abul Walid”, sabda beliau menyapanya dengan panggilan kehormatan, “Dan katakanlah segala yang menjadi hajatmu.Aku akan mendengarkan dan menyimaknya.”

Lalu Utbah pun bicara panjang, lebar, tinggi, dan banyak tentang keberatan Quraisy atas da’wah beliau. Setelah sekian lama bicara, Utbah terdiam sementara sang Nabi mengangguk tanda mengerti. “Apakah engkau sudah selesaai atau akan menambah lagi hai Abul Walid?”

“Aku sudah selesai ya Muhammad!”

“Jika demikian, bersediakah engkau mendengarkan apa yang hendak aku sampaikan?”

“Ya.”

Lalu Sang Nabi membacakan untuknya Surat Fushilat, Tuan Obama. Itu salah satu Surat dalam Al Quran yang bicara tentang visi dan misi kenabian beliau dengan nada yang sangat indah. Dan diapun mengerti,bahwa memusuhi Sang Nabi bukanlah pilihan yang bijak. Dia mengatakan kepada Quraisy, “Tinggalkan lelaki ini dengan urusannya. Sesungguhnya kejayaannya akan menjadi kejayaan kalian. Dan jika dia menang, maka bangsa Arab tak lagi membutuhkan kemuliaan selain dirinya.”

Kami tahu Tuan Obama, yang tak bersedia mendengar takkan bisa didengar. Maka kami akan terlebih dahulu mendengarkan Anda. Katakan saja segala yang Anda keluhkan. Kami tahu, bahwa bahkan di negeri Anda, di sekitar Anda, ada begitu banyak penentang yang melawan Anda dalam mewujudkan janji-janji kampanye Anda. Mereka juga menghalangi Anda dengan segala cara setelah Anda bicara di Kairo dan mengucapkan banyak janji pada kami tentang perbaikan hubungan antara Amerika dengan Dunia Islam.

Kami tahu anda orang yang tertekan. Maka bicaralah, kami insyaallah akan mendengarkan Anda. Setelah itu kami akan menyemangati Anda untuk melanjutkan segala yang pernah Anda impikan tentang dunia yang penuh nilai-nilai keadilan, kemanusiaan, dan perdamaian. Kami tahu itu berat, tapi Anda pernah menjanjikannya pada kami. Janji seorang lelaki terhormat pasti dia junjung tinggi. Begitu bukan Tuan Obama?

Dan sesungguhnya kami juga akan meminta pada Anda beberapa hal yang kami berharap Anda, Tuan Obama, akan mewujudkannya untuk kami. Saudara-saudara kami di Gaza masih terpenjara, Israel masih membantai warganya tiap hari dan membangun pemukiman zhalim di tanah-tanah rampasan. Palestina masih terus berduka. ‘Iraq dan juga Afghanistan, ah, tarik saja tentara Anda dari sana, insyaallah perdamaian justru akan lebih mudah kami wujudkan.

Tuan Obama, banyak sekali yang kami minta Anda untuk mendengarkannya. Tapi biarlah detailnya nanti saja. Sekarang, silakan Anda yang lebih dulu bicara. Kami hormati itu. Dan sekali lagi, anda adalah tamu kami yang harus dijamu dan dimuliakan. Apalagi anda pernah melewatkan masa kecil di negeri ini. Sungguh kurang beradab kalau kami melarang seseorang mengunjungi tempat yang pernah punya makna bagi kehidupannya.

Selamat datang Tuan Obama, kami siap menyambut Anda.

Sayangnya kami juga tak bisa mengelak dari aksioma ‘Ali ibn Abi Thalib, menantu Nabi kami itu. “Musuhmu ada tiga”, ujar beliau empatbelas abad lalu, “Yakni musuhmu sendiri, kawan musuhmu, dan musuh kawanmu.” Kami melihat anda masih akrab dengan musuh kami Israel, dan anda menambah tentara untuk menindas kawan kami di Afghanistan. Sepertinya Anda masih menjadi musuh kami.

Tapi Tuan Obama, musuh yang cerdas lebih berharga daripada kawan yang bodoh. Kami tahu itu. Anda lebih baik masuk kelompok pertama saja daripada menjadi kawan kami tapi malah merepotkan. He he..

Sebagian pihak menganggapAnda sama saja dengan Tuan Bush. Ah, dulu kami menolak kehadiran Tuan Bush. Tapi kini kami menerima Anda. Itu sungguh karena hati kami telanjur berselimut baik sangka kepada Anda. Kami menganggap Anda berbeda dari dia. Ketika Anda berkampanye, ketika anda bicara di Kairo, anda sudah sampaikan itu. Dan kami mencoba percaya. Apalagi karena Amerika juga lebih menghendaki perubahan sehingga memilih Anda. Mereka tidak memilih John McCain, kandidat yang digadang-gadang Tuan Bush.

Kami ingat bahwa leluhur kami yang adil dan pemberani, Shalahuddin Al Ayyubi, memperlakukan Guy de Lusignan dan Reynald de Chattilon dengan cara berbeda. Guy, Raja Yerusalem itu ditawari minuman sejuk, sementara Reynald langsung dipenggal. Maaf, kalau analogi ini agak menyinggung Anda. Tapi Bush bagi kami lebih jahat dari Reynald. Dan, yah, kami tahu, tangan Anda juga masih berlumuran darah saudara-saudara kami di Afghanistan, Iraq, dan tempat-tempat lain meski sepertinya Anda tidak separah Guy de Lusignan.

Wah, saya yakin, Anda pernah menonton Kingdom of Heaven garapan Riddley Scott!

Lagipula, Shalahuddin Al Ayyubi pernah datang ke kemah musuhnya yang lain, Richard The Lionheart, Raja Inggris, untuk mengobati penyakitnya. Padahal Richard pernah memerintahkan pembunuhan 3000 tawanan muslim yang ada di tangannya. Itu sungguh kekejian yang besar. Tapi demikianlah Shalahuddin, pahlawan kami yang agung dan ksatria.

Tuan Obama, dengan menyambut Anda, kami mencoba untuk menjadi pewaris sifat-sifat ksatria dan akhlaq mulia itu, alhamdulillah.

Akhirnya, terimakasih, sudah berkenan berkunjung ke negeri kami. Tanggal 21 Maret, ketika matahari berada tepat di atas khatulistiwa, duapuluh enam tahun, lalu dengan berdarah-darah seorang ibu melahirkan anaknya. Itu perjuangan bertaruh nyawa yang sangat lama Tuan Obama. Sejak konstraksi pertama hingga kelahiran memakan waktu tiga hari. Ibu itu seorang perempuan yang sangat hebat.

Dan anak yang dilahirkan itu adalah saya. Ini ulang tahun syamsiyah saya Tuan Obama, terimakasih berkenan hadir. Saya pasti mengingatnya.

Wah, anda tertawa Tuan Obama. Seakan Anda ingin berkata bahwa yang bicara panjang lebar pada Anda sejak awal tulisan ini ternyata bukan siapa-siapa. Sebenarnya saya bermimpi Tuan Obama. Duapuluh empat tahun dari hari ini, yang menuliskan paragraf-paragraf ini adalah seorang Perdana Menteri merangkap Menteri Luar Negeri.

Wah, anda tertawa lagi. Ha ha ha..

Jangan menganggapnya mustahil Tuan Obama. Sesungguhnya empatpuluh sembilan tahun lalu rakyat Amerika tak menduga bahwa seorang lelaki dari Kenya yang datang untukmenikahi wanita Amerika lalu meninggalkannya pulang ke Afrika lagi itu sebenarnya datang untuk sebuah misi mahapenting. Dia datang sejenak, hanya dan hanya, untukmenitipkan seorang Presiden bagi Amerika Serikat.

Karena dari wanita itu, Anda lahir Tuan Obama. Itulah Anda, salah satu takdir ajaib untuk sebuah negara adidaya bernama Amerika. Maka selamat datang di negeri keajaiban bernama Indonesia. Selamat datang, Tuan Obama!

Salim A. Fillah
-www.safillah.co.cc-

Read More......

Inspiring Soul


When you feel all alone in this world
And there's nobody to count your tears
just remember no matter where you are
Allah knows, Allah knows...

When you're carrying a monster load
And you wonder how far yaou can go
With every step on that road you take
Allah knows, Allah knows...

(Cause) No matter what, inside or out
There's one thing of which there's no doubt
Allah knows, Allah knows...


And whatever lies in the heavens and the Earth
Every star in this whole universe
Allah knows, Allah knows...

When you find that special someone
Feel your whole life has barely begun
You can walk on the moon shout it to everyone
Allah knows, Allah knows...

When you gaze with love in your eyes
Catch your glimpse of paradise
And you see your child take the first breath of life
Allah knows, Allah knows...

When you lose someone close to your heart
See your whole world fall apart
And you try to go on but it seems so hard
Allah knows, Allah knows...

See we all have a path to choose
through the valleys and we go
with the ups and hills we go
With the ups and the downs never fret never frown
Allah knows, Allah knows...

Every grain of sands in every desert plants
He knows...
Every sheet of palm, every closed hand
He knows...
Every sparkling tear on every eye lash
He knows...
Every thought I had and every word I share
He knows...
Allah knows...

Read More......

Mimpi - Mimpi Besar

22 Mar 2010


Letakkan telapak tangan kita di atas dahi. Berusaha merenung dan konsentrasi berpikir. Bertanya pada diri sendiri: "Apa mimpi yang ingin kita raih dalam hidup ini? Apa obsesi yang begitu menyibukkan kita dalam hidup ini? Apa yang kita pikirkan siang dan malam? Apakah yang kita pikirkan itu sifatnya duniawi? Atau ukhrawi? Apakah obsesi dan mimpi kita itu sifatnya umum, atau spesifik?

Saudaraku,
Jawablah pertanyaan-pertanyaan itu dan simpanlah baik-baik dalam ingatan. Panggillah anak dan tanyakanlah, "Apa kondisi yang ia inginkan di masa mendatang?"


Bandingkan antara apa yang menjadi keinginan mereka dan keinginan kita di masa depan. Hampir pasti anak-anak akan menjawab keinginan itu secara ideal, tinggi, bahkan mungkin ada yang tidak mungkin diwujudkan. Sedangkan obsesi dan keinginan kita umumnya lebih rendah, tidak terlalu tinggi, dan pandangan yang terbatas. Bahkan, boleh jadi ada sebagian kita merasa berat sekedar berobsesi atau bermimpi dan menginginkan sesuatu yang tinggi serta ideal.

Saudaraku,
Kita, hidup di zaman yang penuh kelemahan. Wajar bila obsesi serta mimpi kita dan masyarakat kita pun menjadi rendah, kurang berbobot, tujuannya pendek. Kita semua sama dalam hal ini. Sebabnya banyak, tapi setidaknya ada sebab penting yang harus kita sadari. Yakni, minim atau tidak adanya "contoh ideal" yang hidup diantara kita. Termasuk contoh dari para orang tua kita, atau kita para bapak dan ibu bagi anak-anak, para pendidik, para guru, para pejabat, para tokoh dan sebagainya. Minim atau tidak adanya figur atau contoh itu, mau tidak mau turut menciptakan lemahnya motivasi kita, untuk memiliki cita-cita atau keinginan yang tinggi. Seperti yang kita alami sekarang ini.

Mari kita perhatikan bagaimana kondisi orang-orang yang memiliki mimpi-mimpi besar. Barangkali kondisi mereka bisa mendorong dan menumbangkan penghalang mimpi yang kini sedang mengepung kita. Barangkali keadaan mereka bisa mengeluarkan kita dari mimpi kecil menjadi mimpi besar. Barangkali peran-peran mereka bisa menjadikan kita memiliki peran-peran yang lebih luas dari sekarang.

Saudaraku,
Adalah Hindun binti Utbah Ummu Mu'awiyah bin Abi Sufyan, seorang wanita yang termasuk memiliki mimpi besar itu. Suatu ketika, saat ia berada di Mina bersama puteranya Mu'awiyah yang baru saja tersandung batu dan terjatuh di atas tanah. Hindun berkata pada anaknya, Mu'awiyah, "Bangunlah, bila engkau biasa bangkit maka engkau akan ditinggikan derajatnya oleh Allah." Seorang yang mendengarkan perkataan ini bertanya, "Mengapa engkau mengatakan seperti itu? Saya yakin bahwa dia (Mu'awiyah) akan memimpin kaumnya." Hindun balik bertanya, "Kaumnya? Allah tidak meninggikan kedudukannya kecuali bila ia memimpin bangsa Arab semuanya."

Ini episode kecil tentang bagaimana mimpi besar seorang ibu. Ia ingin anaknya menjadi pemimpin bangsa Arab semuanya. Dan mimpi itulah yang hadir di pelupuk matanya, dan mimpi itulah yang menjadi panduannya sehari-hari dalam mendidik anaknya. Ia terus menanamkan mimpi itu pada anaknya, dan meyakinkannya. Ia kondisikan keadaannya untuk mencapai mimpi itu. Ia beri asupan apa yang bisa membekalinya mewujudkan mimpinya. Hingga akhirnya, Mu'awiyah memang menjadi khalifah pertama dari khulafa daulah umawiyah. Mu'awiyah memimpin bangsa Arab sekaligus umat Islam selama kurang lebih 20 tahun yakni tahun 661 H – 680 H.

Saudaraku,
Ada kisah lain di zaman kita, tentang ibu dari DR. Ahmd Zewail, yang juga memiliki mimpi besar. Sejak Ahmed masih kecil, sang ibu sudah menuliskan di pintu kamar Ahmad sebuah kalimat "Kamar DR. Ahmed Zewail." Apa yang dituliskannya itu, tak lain merupakan saluran keinginan atau mimpi yang ada dalam diri sang ibu. Dan tampaknya, pesan itu telah sampai dalam diri anaknya. Ahmed Zewail meraih penghargaan Nobel bidang Kimia tahun 1999, dan menjadi salah satu ilmuwan besar dunia. Zewail sendiri mengakui pengaruh motivasi dan mimpi ibunya itu pada dirinya. Tentu bukan hal mudah bagi seorang ibu untuk bisa mewujudkan mimpi besar itu pada Zewail. Karena hari-hari merawat, mendidik dan membesarkan Zewail-lah yang juga menjadi kunci keberhasilan Zewail.

Saudaraku,
Lagi, tentang bagaimana seorang ibu dari Syaikh Abdurrahman As-Sudais yang kini menjadi imam masjidil Haram. Bagaimana sang ibu menanamkan dan mengarahkan mimpi besarnya itu kepada anaknya. Bagaimana sang ibu dalam hari demi hari bersama As-Sudais kecil itu mengingatkannya untuk bisa mencapai mimpinya? Ibunya sering mengingatkan, "Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah menghafal Kitabullah, kamu adalah Imam Masjidil Haram..." "Wahai Abdurrahman, sungguh-sungguhlah, kamu adalah imam masjidil haram..." Wahai Abdurrahman, jangan malas menghafal kembali hafalan harianmu, bagaimana kamu bisa menjadi Imam Masjidil Haram bila kamu malas? Akhirnya, Syaikh Abdurrahman As-Sudais kini menjadi imam Masjidil Haram. Dan menjadi salah satu ulama besar yang disegani di dunia Islam.

Saudaraku,
Satu kisah lain yang boleh jadi kita sudah pernah mendengarnya. Seorang sahabat, Rabi'ah bin Kaab Al-Aslami radhiallahu anhu. Dialah yang mengatakan kepada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah SAW, aku ingin menjadi pendampingmu di surga." Rasulullah SAW mengatakan, "Adakah selain itu ya Rabi'ah?" Rabi'ah menjawab, "Hanya itu ya rasulullah." Lalu Rasulullah SAW mengatakan, "Jika begitu, bantulah aku untuk mencapai keingnanmu itu dengan memperbanyak sujud." (HR. Muslim)

Diriwayatkan, Rabi'ah atas bimbingan orangtuanya, sejak kecil memang sudah kerap kali terlihat dalam kondisi shalat dan sujud. Dan sepanjang usianya, Rabi'ah diriwayatkan tak pernah tertinggal shalat berjamaah. Mengapa Rabi'ah mampu melakukan semua itu? Karena ia ingin meraih mimpinya yang besar tadi. Mimpi ingin menjadi pendamping Rasulullah SAW di surge...

Saudaraku, bandingkanlah antara keinginan kita yang tercetus di awal tulisan ini, dengan keinginan mereka yang bermimpi besar itu? Bandingkanlah obsesi yang ada dalam pikiran kita dengan obsesi mereka. Sesungguhnya, mimpi dan obsesi seseorang yang besar, indikator ia akan menjadi orang besar. [M. Lili Nur Aulia, sumber: Majalah Tarbawi edisi 220]

Read More......
 
 
 

KUNJUNGAN

free counters
Powered By Blogger

detiknews - detiknews

JARINGAN

 
Copyright © KAMUS BABEL