Peradaban Para Pembelajar

5 May 2010

Akal-akal besar itu selalu mampu mengunyah semua masalah zamannya. Tak jarang bahkan akal mereka menembus dinding waktu zaman mereka, dan merengkuh semua masalah yang terjadi berpuluh bahkan beratus tahun sesudah mereka pergi.

Bukan karena ilmu yang datang bagai embun pagi yang diteteskan di atas daun otak mereka maka mereka tahu semuanya. Bukan, mereka mengunyah semua masalah zaman mereka melalui upaya memahami yang tidak pernah berhenti. Maka mereka selalu sanggup merespon semua masalah yang muncul di zaman mereka.

Mereka bukan orang yang tahu segala hal. Tapi mereka adalah pembelajar yang konstan yang selamanya dipicu oleh rasa ingin tahu yang tak habis-habis. Maka realitas menyediakan tantangan.


Dan mereka memberikan solusi. Qur’an dan hadits sebagai sumber utama Islam dijaga Allah sepanjang zaman melalui akal-akal besar itu. Al Qur’an dikumpulkan di zaman Abu Bakar lalu ditulis secara formal di zaman Utsman dan dijadikan sebagai standar bacaan serta digandakan dalam lima mushaf. Ini yang kemudian dikenal sebagai mushaf utsmani. Dengan begitu kemurnian Al-Qur’an terjaga dari semua bentuk penyimpangan sepanjang masa. Selamanya.

Penjagaan kemurnian Hadist Rasulullah Saw mungkin jauh lebih kompleks. Di samping perlu waktu untuk memisahkan teks-teks Hadist dari teks-teks Qur’an karena secara lisan keduanya diucapkan oleh lisan yang sama tapi dengan rasa bahasa yang sedikit berbeda, juga rentang waktu pengucapannya serta jalur periwayatannya yang rumit. Tapi ada akal besar di zaman Umar Bin Abdul Aziz, yaitu Imam Al Zuhri, yang kemudian ditugasi sang khalifah untuk memulai kodifikasi hadist-hadist Rasulullah. Ratusan tahun kemudian dunia ilmu pengetahuan mengabarkan bahwa metode ilmu hadits ini adalah salah satu warisan pengetahuan Islam yang tidak pernah tertandingi oleh semua peradaban lain. Seandainya metode itu dipakai untuk meriwayatkan sabda-sabda Nabi Isa a.s., atau meriwayatkan para filosof Yunani, mungkin takkan ada riwayat yang sahih yang sampai kepada kita.

Akal-akal besar itu yang kemudian menjadikan ilmu fiqh sebagai ilmu yang terus menerus mengayomi pertumbuhan peradaban Islam, khususnya di era para imam pendiri mazhab dari Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafii dan Imam Ahmad, dari ujung abad pertama hingga awal abad ketiga hijrah. Ilmu fiqh telah berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang menjawab semua masalah dalam semua aspek kehidupan. Imam Syafii bahkan mendirikan ilmu ushul fiqh yang jauh lebih solid dibanding ilmu logika dan filsafat Yunani. Mereka bahkan masih sempat menjawab masalah yang belum terjadi. Lalu ketika Imam Abu Hanifah ditanya mengapa mereka melakukan itu, beliau hanya tersenyum sembari menjawab: ”Orang berakal menyediakan jawaban sebelum pertanyaannya datang.”

Begitulah peradaban tumbuh dan berkembang di tangan akal-akal besar, yang sebenarnya juga tidak serba tahu, tapi karena mereka adalah pembelajar sejati. Mereka selalu ingin memahami segalanya secara lebih baik, maka mereka menjawab tantangan zaman mereka secara lebih baik. [Anis Matta, sumber : Serial Pembelajaran, Majalah Tarbawi]

Read More......

Awalnya Pembelajaran, Ujungnya Kesempurnaan

Lelaki buta huruf itu tiba-tiba disuruh membaca. Bukan. Bukan disuruh. Tepatnya dipaksa. Sampai tiga kali. Dan pecahlah peristiwa itu dalam sejarah manusia; lelaki buta huruf itu lantas diangkat menjadi nabi, bahkan penutup mata rantai kenabian hingga akhir zaman.

Begitulah perintah membaca mengawali pengangkatan Muhammad menjadi Nabi. Kelak, setelah menunaikan tugas kenabian itu selama 23 tahun, atau tepatnya 22 tahun 2 bulan 22 hari, Allah SWT menutup perjuangan beliau dengan satu ayat tentang kesempurnaan: ”Hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu, dan Ku-sempurnakan pula nikmat-Ku untukmu dan Aku ridho Islam sebagai agamamu.”


Risalah kenabian itu dibuka dengan perintah membaca, dan kelak ditutup dengan pernyataan penyempurnaan dan keridhoan. Awalnya adalah pembacaan. Ujungnya adalah penyempurnaan. Maka berkembanglah agama terakhir ini dari seorang Nabi menjadi seratusan ribu manusia Muslim, dari komunitas kecil para penggembala kambing jazirah Arab yang tandus menjadi sebuah peradaban besar yang memimpin kemanusiaan selama lebih dari seribu tahun.

Kitab kehidupan ini memang begitu seharusnya dipahami: bukalah ia dengan pembacaan yang menyeluruh, niscaya engkau akan mengkhatamkannya dengan kesempurnaan. Jika kita belajar lebih banyak di awal kehidupan, niscaya kita akan mencapai kesempurnaan di penghujung umur, dan menutup mata dengan senyum dalan keridhaan Allah SWT.

Cara kita menjalani hidup selamanya ditentukan oleh cara kita memahami hidup. Seperti apa cara kita memahami hidup, seperti itu pula cara kita menjalaninya. Coba masuk ke dalam hutan belantara tanpa peta. Pasti tersesat. Bahkan mungkin tidak bisa keluar. Begitu juga kehidupan. Membaca adalah peta. Makin menyeluruh dan akurat peta yang kita miliki, makin cepat dan pasti kita sampai ke tujuan.

Diantara pembelajaran dan kesempurnaan, ada satu jembatan emas yang menghubungkannya: pertumbuhan. Pertumbuhan adalah adalah jalan menuju kesempurnaan. Mereka belajar maka mereka tumbuh. Kesempurnaan adalah ujung hidup yang dicapai dari tapak demi tapak kehidupan. Mereka menjadi sempurna karena mereka tidak pernah berhenti menjadi lebih baik. [Anis Matta, sumber : Serial Pembelajaran, Majalah Tarbawi]

Read More......

Mengetuk Pintu Langit di Sepertiga Malam Terakhir

Akhi dan ukhti fillah…
Tugas dan beban hidup begitu banyak menggelayuti tubuh kita. Bungkuk dan terseok jalan kita kalau tugas-tugas itu berupa materi kasar dan berat. Tugas-tugas pekerjaan, urusan rumah tangga dan anak-anak, tugas-tugas kemasyarakatan, terutama tugas-tugas dakwah. Kita tentu siap menghadapi semua itu sebagai konsekuensi seorang muslim yang punya kepedulian terhadap nasib islam dan umatnya.

Tenaga dan pikiran sangat terbatas, waktu yang tersedia rasanya tidak mencukupi. Target-target yang harus dicapai terasa berat. Tantangan dan hambatan begitu banyak menghadang. Belum lagi kondisi diri yang tidak selalu fit, baik secara fisik maupun mental spiritual. Kalau bukan karena kehidupan berjamaah, di mana tangan kita bergandeng terajut bersama tangan-tangan lain untuk mengangkat beban-beban itu, tentu tak sanggup kita memanggulnya seorang diri.


Akhi dan ukhti fillah…
Agar beban terasa ringan, ada baiknya kita sejenak luangkan waktu untuk tumpahkan duka dan curahkan perasaan, mengadukan kelemahan kita kepada yang Mahakuat, mengakui kekerdilan diri kepada yang Mahabesar, menyambung napas kita yang tersenggal-senggal itu dengan yang Mahakuasa atas segala sesuatu di sepertiga malam terakhir, di keheningan malam, di kala makhluk Allah larut dalam dekapan mimpi. Kala Tuhan semesta alam turun ke langit dunia untuk mendengarkan bisikan hamba-Nya.

Akhi dan ukhti fillah…
Disebutkan dalam sebuah hadits dari Jabir r.a. bahwa ia mendengar Rasulullah SAW bersabda:

إن في الليل لساعة لا يوافقها رجل مسلم يسأل الله خيرا من أمر الدنيا والآخرة إلا أعطاه إياه وذلك كل ليلة

"Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat di mana tidaklah seorang Muslim menepatinya untuk memohon kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, melainkan pasti Allah akan memberikannya (mengabulkannya), dan itu (terjadi) setiap malam." (HR. Muslim dan Ahmad)

Qiyamullail merupakan sarana berkomunikasi seorang muslim dengan Rabbnya, di mana ia merasakan kelezatan munajat dengan Pencipta, berdoa, beristighfar, bertasbih, dan memuji-Nya. Dengan harapan kiranya yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang mempermudah semua aspek kehidupan hamba-Nya, baik pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara. Begitu pula aspek dakwah, pendidikan, ekonomi, sosial, budaya maupun politik. Dia akan dekat dengan Rabbnya, diampuni dosanya, dihormati sesama, dan menjadi penghuni surga yang disediakan untuknya.

Qiyamullail Mendekatkan Diri Kepada Allah
Orang yang kontinyu mengerjakan qiyamullail pasti dicintai dan dekat dengan Allah. Rasulullah SAW bersabda:

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ وَإِنَّ قِيَامَ اللَّيْلِ قُرْبَةٌ إِلَى اللَّهِ وَمَنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ وَتَكْفِيرٌ لِلسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ

"Hendaklah kalian melakukan shalat malam, karena itu merupakan tradisi orang-orang shalih sebelummu. Sesungguhnya shalat malam itu mendekatkan diri kepada Allah, mencegah dari berbuat dosa, menghapus kesalahan, dan mengusir penyakit dari tubuh." (HR. Tirmidzi)

Akhi dan ukhti fillah…
Dapat dipahami bahwa qiyamullail selain mendekatkan diri kepada Allah, juga dapat mencetak kesalehan dan kesehatan fisik dari penyakit dan kesehatan batin dari lumpuran dosa. Berbagai kebaikan dan manfaat Allah sediakan untuk hamba melalui sarana qiyamullail. Tak cukupkah dipahami, bagaimana tingkat kuatnya ruhiyah seseorang yang dapat mengusir kantuk dan penat, lalu berangkat berwudlu untuk menghadap Rabbnya? Jasadnya sesungguhnya punya hak untuk istirahat dari penatnya siang, namun sebagian waktu istirahatnya itu diabaikan demi Tuhannya.

Dari Sahl bin Sa'ad r.a. ia berkata, "Malaikat Jibril datang kepada Nabi SAW, lalu berkata:

يا محمد ، عش ما شئت فإنك ميت ، وأحبب من أحببت فإنك مفارقه ، واعمل ما شئت فإنك مجزي به » ثم قال : « يا محمد شرف المؤمن قيام الليل وعزه استغناؤه عن الناس

"Wahai Muhammad, hiduplah semaumu, kamu pun akhirnya akan mati. Cintailah siapa yang ingin kamu cintai, kamu pasti akan berpisah dengannya. Berbuatlah semaumu, pasti akan dapat balasan. Kemudian ia melanjutkan, "kemuliaan orang mukmin dapat diraih dengan melakukan shalat malam, dan harga dirinya dapat ditemukan dengan tidak minta tolong orang lain" (HR. Hakim)

Seorang dai yang ingin mulia di sisi Allah dan di sisi manusia hendaknya ia membiasakan qiyamullail. Wajahnya akan ceria, karena dia bermunajat dengan Ar-Rahman, sehingga terpancarlah nur dari wajahnya. Maka ia akan dicintai oleh sesama manusia karena Allah mencintainya.

Qiyamullail Penyebab Masuk Surga
Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin Salam dari Rasulullah SAW bersabda:

أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ

"Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makanan, dan shalat malamlah di saat orang-orang tidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat" [HR. Tirmidzi]

Seorang dai yang ingin berhasil dakwahnya harus menabur kasih sayang kepada seluruh lapisan masyarakat. Hal itu dapat digapai dengan wajah yang berseri-seri, mengucapkan salam, mengulurkan bantuan dan silaturahim, dan pada malam hari memohon kepada Allah diawali dengan qiyamullail, namun mereka yang kontinyu melaksanakan qiyamullail sangat sedikit jumlahnya. Semoga kita termasuk kelompok ini yang dapat masuk surga Allah.

Kiat-kiat Mempermudah Qiyamullail
Akhi dan ukhti fillah…
Qiyamullail memerlukan kesungguhan dan kebulatan tekad. Jika demikian, akan sangat mudah merealisasikannya dengan izin Allah. Berikut ini kiat-kiat pendorong meninggalkan tempat tidur untuk bermunajat kepada Yang Maha Pengasih:
1. Memprogram aktivitas 24 jam
2. Memahami kebutuhan jasmani, aqli, dan ruhani, serta diberikan dengan seimbang
3. Menghindari maksiat. Sufyan Ats-Tsauri berkata, "Aku sulit sekali melakukan qiyamullail selama lima bulan disebabkan satu dosa yang kulakukan"
4. Mengetahui fadhilah (keutamaan) dan keistemewaannya
5. Merasakan bahwa Allah dan Rasul-Nya yang mengajak Anda untuk qiyamullail
6. Tidur sesuai dengan adab Islam
7. Memahami bahwa Allah tertawa karena Anda melakukan shalat
8. Memohon kepada Allah agar dipermudah bangun malam
9. Mempunyai perasaan bermunajat dengan Allah yang Maha Kasih Sayang.

Inilah yang dapat disajikan kepada akhi dan ukhti fillah, tentang urgensi, keutamaan dan kiat-kiat qiyamullail. Semoga memberikan motivasi kepada kita menjadi orang yang dekat dengan Allah, mulia di sisi Allah dan di sisi manusia dan akhirnya menjadi penghuni surga.

Akhi dan ukhti fillah…
Untuk kemenangan dakwah; untuk kejayaan Islam; demi berkibarnya panji-panji Muhammad; demi tegaknya keadilan di muka bumi; dan tersebarnya rahmat Allah, bangunlah akhi dan ukhti di sepertiga malam terakhir. Ketuklah pintu langit. Jika berjuta tangan mengetuk untuk satu tujuan, satu keinginan, akan terasa kuat getaran dan gedorannya. Dan Allah tidak pernah ingkar janji.

Rasulullah SAW bersabda:

ينزل ربنا تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر يقول من يدعوني فأستجيب له من يسألني فأعطيه من يستغفرني فأغفر له

"Setiap malam, saat tersisa sepertiga malam terakhir, Rabb kita –tabaraka wa ta'ala- turun ke langit dunia, lalu berfirman, "Adakah seseorang yang berdoa kepada-Ku untuk Aku kabulkan? Adakah seseorang yang meminta-Ku untuk Aku beri? Dan adakah seseorang yang memohon ampun kepada-Ku untuk Aku ampuni?" (HR. Bukhari dan Muslim) [Sumber: Seri Taujih Pekanan jilid II]

Read More......
 
 
 

KUNJUNGAN

free counters
Powered By Blogger

detiknews - detiknews

JARINGAN

 
Copyright © KAMUS BABEL