Mukernas Formasisel II

26 Feb 2010


Insya Allah FORMASISEL "Forum Mahasiswa Islam Sumbagsel" akan mengadakan Musyawarah Kerja Nasional yg ke-2, bertempat di Kampus UI Depok 27-28 Maret 2010. Acara yang akan di ikuti tiga wilayah ini (Jakarta, Yogyakarta dan Bandung) di harapkan dapat merumuskan kinerja 1 tahun formasisel kedepan.

Bagi Ikhwah SumBagSel ( Jambi, SumSel, Lampung, Bengkulu dan Bangka Belitung) khusunya yang berada di wilayah Jawa untuk menghadiri acar ini.
untuk informasi lebih lanjut bisa hubungi
JaboDetabek : Ahmad 085282266693
Bandung Raya: Wanda 081572066616
Yogya : Amril 081328767238

bagi yang berada diluar 3 wilayah tersebut bisa hubungi Amika 081392189039



Susunan Acara

Sabtu, 27 maret 2010
09.00-09.15 : Pembukaan (Tilawah dan kata sambutan)
09.31-12.00 : Taujih”Menyongsong Kemenangan Dakwah di SUMBAGSEL”
Ust. Syahfan Badri Sampurno (KetuaDPP PKS Wilda SUMBAGSEL)
12.01-13.00 : Istirahat, shalat, makan
13.01-15.30 : Pemaparan peta DAKWAH di SUMBAGSEL beserta Peran strategis
Mahasiswa dalam pemenangan dakwah di SUMBAGSEL
oleh Mustafa Kamal.SS (Ketua Fraksi PKS DPR RI)
15.31-16.00 : Istirahat dan shalat
16.01-18.00 : Diskusi Pembuatan Strategi pemenangan PILKADA 2010
Bersama Ust Syamlan Lc.(Wakil Gubernur Bengkulu)
18.00-19.30 : ISHOMA
19.30-22.00 : Musyawarah Paltform Gerakan dakwah (Pembinaan, syiar, kaderisasi dan
Hubungan daerah) FORMASISEL

Ahad, 28 maret 2010
03.30-04.30 : Qiyammullail
05.30-06.00 : Olahraga bersama (ikhwan dan akhwat terpisah)
06.01-07.00 : Bersih-bersih dan sarapan pagi
07.00-08.30 : Lanjutan Musyawarah Paltform Gerakan dakwah (Pembinaan, syiar,
Kaderisasi dan hubungan daerah) FORMASISEL
09.00-09.30 : Istirahat dan Shalat Dhuha
09.30-12.00 : Presentasi dan sosialisasi hasil musyawarah (Tanya Jawab)
12.01-13.00 : Istirahat, shalat, makan
13.01-14.00 : lanjutan presentasi
14.00-15.00 : Penutupan

Read More......

Lounching Babel Club For Mentoring "BCM" Kamus Babel - Yogyakarta

Lounching BCM ini di laksanakan pada tanggal 14 Februari 2010 yang bertempat di Asrama ISBA Yogyakarta pukul 08.00-12.00 WIB. ^_^


"Akh Ari yg lagi memberikan arahan"






"Akhwat Bersatu ^_^


"TAk Lupa Dengan Khas Babel -Tekwan- "


"yummy... ^_^v


"Di balik layar... angkat2... panas.. panas.. he.."


"Keluarga Besar Kamus Babel Yogyakarta"

Read More......

Cantikkan Hatimu, Cantikkan Akhlakmu


WANITA CANTIK itu…,
TERJAGA….., karena MENUTUPI AURATNYA
TERHORMAT…, karena MEMELIHARA IFFAH DIRINYA
MULIA………., karena MALU BERBUAT MAKSIAT kepada-Nya
MEMPESONA…….., karena INDAH PRIBADI dan AKHLAQNYA…

Siapakah wanita yang paling cantik?

Wanita yang paling cantik adalah wanita yang paling baik akhlaknya.

-*( Cantikkan HATIMU….cantikkan AKHLAKMU…. ^_^ )*-

Wahai saudariku, hati merupakan bagian terpenting dalam tubuh manusia. Hati ini tidak akan terlepas dari tanggung jawab yang dilakukannya kelak di akhirat, sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungan jawabnya.” (Al-Qur’an Al-Karim Surah Al-Isra’ [17] : ayat 36)


Dalam tubuh manusia kedudukan hati dengan anggota yang lainnya adalah ibarat seorang raja dengan seluruh bala tentara dan rakyatnya, yang semuanya tunduk di bawah kekuasaan dan perintahnya, dan bekerja sesuai dengan apa yang dikehendakinya.

“Ketahuilah bahwa dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka akan menjadi baik semuanya, dan apabila segumpal daging itu jelek, maka akan jeleklah semuanya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati.”

(HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Hati ibarat raja, sedangkan anggota badan ibarat prajurit. Jika hati itu baik, maka tangannya ia pergunakan untuk melakukan kebajikan, kakinya digunakan untuk berjalan menuju tempat-tempat kebaikan, matanya ia pergunakan untuk memandang hal-hal yang bermanfaat dan tidak diharamkan Allah. Lantas, bagaimanakah kondisi hati kita saat ini?

MACAM-MACAM HATI

1. Hati yang sehat

Yaitu hati yang terbebas dari berbagai penyakit hati. Firman Allah:

“(Yaitu) di hari yang harta dan anak-anak tidak akan bermanfaat kecuali siapa yang datang mengharap Allah dengan membawa hati yang selamat.” (Al-Qur’an Al-Karim Surat Asy-Syura [42] : 88-89).

Ayat ini sangatlah mengesankan, di sela-sela harta benda yang diburu dan dikejar-kejar orang, dan anak-anak laki-laki yang sukses dengan materinya dan sangat dibanggakan, ternyata itu semua tidak akan memberi manfaat kecuali siapa yang datang menghadap Allah dengan hati yang selamat. Yaitu selamat dari semua nafsu syahwat yang bertentangan dengan perintah Allah dan laranganNya, dan dari semua syubhat yang memalingkan dari kebenaran, selamat dari peribadatan dan penghambaan diri kepada selain Allah, selamat dari berhukum dengan hukum yang tidak diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan mengikhlaskan seluruh peribadatannya hanya karena Allah, iradahnya, kecintaannya, tawakkalnya, taubatnya, ibadah dalam bentuk sembelihannya, takutnya, raja’nya, diikhlaskannya semua amal hanya kepada Allah.

Apabila ia mencintai maka cintanya karena Allah,
apabila ia membenci maka bencinya karena Allah,
apabila ia memberi maka memberinya karena Allah,
apabila menolak maka menolaknya karena Allah.

Dan tidak hanya cukup dengan ini, sampai ia berlepas diri dari semua bentuk keterikatan dan berhukum yang menyelisihi contoh dari Rasulullah. Maka hatinya sangat tertarik dengan ikatan yang kuat atas dasar mengikuti jejak langkah Rasulullah semata, dan tidak mendahulukan yang lainnya baik ucapan maupun perbuatannya.

2. Hati yang mati

Yaitu kebalikan dari hati yang sehat, hati yang tidak mengenal dengan Rabbnya, tidak melakukan ibadah sesuai dengan apa yang perintahkan-Nya, dicintai-Nya dan diridhai-Nya. Bahkan selalu memperturutkan nafsu dan syahwatnya serta kenikmatan dan hingar bingarnya dunia, walaupun ia tahu bahwa itu amatlah dimurkai oleh Allah dan dibenci-Nya. Ia tidak pernah peduli tatkala memuaskan diri dengan nafsu syahwatnya itu diridhaiNya atau dimurkaiNya, dan ia menghambakan diri dalam segala bentuk kepada selain Allah.

Apabila ia mencintai maka cintanya karena nafsunya, apabila ia membenci maka bencinya karena nafsunya, apabila ia memberi maka itu karena nafsunya, apabila ia menolak maka tolakannya atas dasar nafsunya, maka nafsunya sangat berperan dalam dirinya, dan lebih ia cintai daripada ridha Allah. Orang yang demikian menjadikan hawa nafsu sebagai imamnya, syahwat sebagai komandannya, kebodohan menjadi sopirnya, dan kelalaian sebagai tunggangan dan kendaraannya. Pikirannya hanya untuk mendapatkan dunia yang menipu ini dan dibuat mabuk oleh nafsu untuk mendapatkannya, ia tidak pernah meminta kepada Allah kecuali dari tempat yang jauh. Tidak membutuhkan nasihat-nasihat dan selalu mengikuti langkah-langkah syetan yang selalu merayu dan menggodanya. Maka bergaul dengan orang seperti ini akan mencelakakan kita, berkawan dengannya akan meracuni kita, dan duduk dengannya akan membinasakan kita.

3. Hati yang sakit

Yaitu hati yang hidup tapi ada penyakitnya, hati orang yang taat terhadap perintah-perintah Allah tetapi kadangkala juga berbuat maksiat, dan kadang-kadang salah satu di antara keduanya saling berusaha untuk mengalahkannya. Hati jenis ini, mencintai Allah, iman kepadaNya beribadah kepadaNya dengan ikhlas dan tawakkal kepadaNya, itu semua selalu dilakukannya tetapi ia juga mencintai nafsu syahwat dan kadang-kadang sangat berperan dalam hatinya serta berusaha untuk mendapatkannya.

Hasad, sombong (dalam beribadah kepada Allah), ujub, dan terombang-ambing antara dua keinginan yaitu keinginan terhadap kenikmatan kehidupan akhirat serta keinginan untuk mendapatkan gemerlapnya dunia.Maka hati yang pertama hidup, tumbuh, khusyu’ dan yang kedua layu kemudian mati. Adapun yang ketiga dalam keadaan tidak menentu, apakah akan hidup ataukah akan mati. Kemudian banyak sekali orang yang hatinya sakit dan sakitnya bahkan semakin parah, tetapi tidak merasa kalau hatinya sakit, bahkan sekalipun telah mati hatinya tetapi tidak tahu kalau hatinya telah mati.

Wallahu a’lam bish shawab.

sumber : foswat's weblog

Read More......

Menggapai Khairu Mataa’id Dunya

25 Feb 2010


merawat rumahnya seindah surga…
hiaskan qona’ah di taman hatinya…
sejuk kalbunya sebening kaca…
tundukkan pandang, takutkan Rabb-Nya…

Wahai saudariku….
siapakah yang tidak tersipu-sipu mendengar bait-bait syair di atas, seorang muslimah akan tertunduk malu jika kata-kata itu diucapkan kepadanya. Itulah gambaran wanita sholihah, gelar tertinggi yang diraih seorang wanita. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim disebutkan “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasannya adalah wanita sholihah (mar’atus sholihah)”.

Wanita adalah makhluk ciptaan Allah. Secantik apapun dia, selembut apapun dia, semahir apapun dia, seperti apapun dia, ia tetap seorang hamba. Hanya seorang hamba yang Allah jadikan sebagai pendamping bagi manusia pertama yang diciptakan. Beban tugaspun dilimpahkan, konsekuensi yang timbul tidaklah sedikit dan tak mudah.


Ada janji dengan segala puji ditebar Sang Pencipta. Lewat perantara wahyu dan lisan shodiq utusan-Nya. Satu harap para wanita menjadi muslimah dan mentaati apa yang Allah dan Rasul-Nya titahkan. “Mar’atus Sholihah” mahligai a’laa lilmuslimah. Perhiasan terindah di atas dunia. Salah satu pilar Kejayaan Dienul Islam.

LANGKAH-LANGKAH MENJADI MAR’ATUS SHOLIHAH

Wahai saudariku…..
maukah engkau kuberitahu, bagaimanakah kita mencapai derajat mar’atus sholihah itu? Kita dapat mengetahuinya dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya.

Langkah Awal : Menjadi Amatullah (Hamba Allah)

Tugas hamba terhadap Rabbnya adalah menyembah-Nya tanpa tandingan lain.

“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Al-Quran Al-Karim Surah Adz-Dzariyat [51] : ayat ke 56)

Dengan bekal ketaqwaan yang lahir dari pergolakan ruh dan jalan panjang tafakkur (memikirkan), tadabbur (memperhatikan), dan nadhor (melihat) dalam tugas ini, seorang hamba (insya Allah) mampu menciptakan manusia yang hidup bertanggung jawab dengan sesungguhnya penjadian diri “al-muttaqi”. Berani menentang pandangan, sifat dan ansir yang menyimpang untuk menyalakan kekuatan baru. Melepaskan diri dari ikatan yang dapat mengakibatkan jiwa lapuk dan lemah.

Sayyid Qutb rahimahullah berkata, “Inilah bekal dan persiapan perjalanan…bekal ketaqwaan yang selalu menggugah hati dan membuatnya selalu terjaga, waspada, hati-hati, serta selalu dalam konsentrasi penuh… bekal cahaya yang menerawang liku-liku perjalanan sepanjang mata memandang. Orang bertaqwa tidak akan tertipu oleh bayangan semu yang menghalangi pandangannya yang jelas dan benar… itulah bekal penghapus segala kesalahan, bekal yang menjanjikan kedamaian dan ketentraman, bekal yang membawa harapan atas karunia Allah, di saat bekal-bekal lain sudah sirna dan semua amal tak lagi berguna…” (Tarbiyah Ruhiyah, DR. Abdullah Nashih ‘Ulwan).

Seorang hamba tidak patut menuruti hawa nafsunya sendiri, mematuhi manusia sebagai alternatif dari Tuhan, taklid buta terhadap tradisi, praktik, kepercayaan dan gagasan, ritus dan upacara masyarakat serta menganggapnya lebih tinggi daripada ajaran Tuhan. Karena hal tersebut bila dilaksanakan hanya akan mengantarkan kepada kesesatan yang nyata fid dunya wal akhiroh. Na’udzu billahi min dzaalik.

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Quran Al-Karim Surah Al-Qashash [28] : ayat 50)

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan mengahapuskan kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”(Al-Quran Al-Karim Surah Al-Anfaal [8] : ayat 29)

Langkah Kedua : Menjadi Zaujah Sholihah (Istri Sholihah)

diringkaskan cirri khas seorang istri yang baik ialah :
1. Sholihah, melaksanakan perintah dan hak Rabb-Nya.
2. Muthii’ah qoonitah, taat pada suami selama tidak mengundang murka Ilahi..
3. Muhaafadzoh, menjaga dirinya dan harta suami bila ia pergi.

“maka wanita yang sholihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada..” (Al-Quran Al-Karim Surah Al-Nisa’ [4] : ayat 34)

Menyenangkan bila dipandang, menjauhkan suami dari rasa marah dan tak akan menolak bila ia “ingin”.

Dalam tahap inilah seorang amatullah menghadapi batasan baru. Ia tidak lagi bias menjalani hidup keseharian dengan sesuka hatinya, ia tak lagi dapat shaum nafilah (puasa sunnah) tanpa izin, ia tak bisa pergi tanpa persetujuan, ia harus tampak bahagia walau hatinya gelisah, ia harus tetap prima walau tubuhnya lelah, ia harus dapat menyesuaikan diri dalam situasi dan kondisi yang rasanya mustahil sekalipun, ketaatannya diuji hingga untuk hal yang tidak dia sukai (selama tidak melanggar Al-Quran dan As-Sunnah)

Dari lini ini realita yang ada kadang (bahkan sering) tak sejalan dengan idealisme yang dimiliki. Ilmu yang didapatkan selama ini menuntut amal nyata. Sikap individualis hanya akan menghancurkan citranya dan cita-citanya sebagai zaujah sholihah. Ujian? Ya! Mengharap ridha Allah dan suami adalah tugas seorang istri.

Bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,

“Bagi seorang wanita, sholat fardhunya yang lima, puasa wajibnya sebulan, ia menjaga kehormatannya, mentaati suaminya, maka ucapkanlah bagi mereka : “masuklah kamu ke syurga lewat pintu-pintunya yang kamu suka” (Ibnu Hibban, Shohih al-Jami’).

Langkah Ketiga : Menjadi Ummu Sholihah (Ibu Sholihah)

Tanggung jawab besar selanjutnya hadir seiring hadirnya buah hati tersayang. Tanggung jawab yang tak mungkin dilimpahkan. Menjadi madrosatul ula (sekolah pertama), guru dari segala guru.

Setelah terlahir, seorang anak mempunyai hak untuk diaqiqahi, dipotong rambutnya, diberi nama yang baik, disusui selama 2 tahun, dikhitan. Setelah itu (orang tua khususnya ibu) harus memberikan kasih sayang yang diperlukan anak, membiasakan anak berdisiplin sejak dini, memberi teladan yang baik sejak awal.

Sampai di sini tugas belum selesai. Mengenalkan kalimat syahadat, mengajarkan Al-Qur’an, hukum halal dan haram, teladan Rasulullah dan para sahabat, hak dan kewajban orang tua, juga menjadi tugas utama. (disarikan dari Buku “Al Wajiiz Fii Tarbiyyah”, Yusuf Muhammad Al-Hasan)

Pendek kata ibu, dan ibulah yang menjadi tumpu harap seorang anak amanah Allah.

Ketika membaca teori mendidik anak rasanya sangat mudah, penerapannya? Tak semudah yang tertulis. Setiap anak mebawa watak yang berbeda, masalah yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, maka mengatasinya pun berbeda-beda. Di sinilah membutuhkan lebih dari sekedar ilmu. Wal hasil ilmu tanpa amal bagai pohon tidak berbuah. Keikhlasan, kesunggguhan, kesabaran, dan engharap ridho Allah sebagai penolong adalah pegangan mengarungi ujian lanjut ini.

Tidak ada kata mudah tugas ini. Repot, dan tidak ada lagi ruang senyap (kecuali sedang tidur). Hari-hari yang berlalu kemudian, adalah sebuah tanda tanya bagaimana kita harus menata waktu, untuk Allah, suami, anak-anak, demi mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Langkah keempat : Menjadi “Udhwu Al-Jama’ah Al-Qowiyah” (anggota jama’ah yang kuat

Jama’ah secara literer diartikan dengan “sejumlah besar manusia atau sekelompok manusia yang berhimpun untuk mencapai tujuan yang sama. (Al-Mu’jamu wasith 1/136)

Maka maksud dari “menjadi anggota jama’ah yang kuat” adalah kita ikut pada sekelompok masyarakat yang memiliki kesamaan visi dan misi yang paling (mendekati) sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Cara ini sebagai media interaksi kita terhadap lingkungan dan kepedulian kita terhadap sesama.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

“Barangsiapa bangun tidur sedang dia tidak memikirkan nasib kaum muslimin, maka dia bukanlah dari golongan muslim.” Maka, “sampaikanlah apa yang didapatkan dariku (Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa Sallam) walau satu ayat.” (Al-Hadits)

Kita hidup bermasyarakat, dari sanalah timbul tuntutan untuk mengenal lingkungan. beragam sifat, sikap, cakap, dan faham membuat hidup ini rame rasanya. Bagi seorang muslimah ladang da’wah terbentang di sana. Jangan sampai merugi karena sesungguhnya manusia benar-benar merugi kecuali :

Mereka yang beriman
Mereka yang beramal shalih
Mereka yang nasihat-menasihati dengan sabar dan pada yang haq
Maka tak mungkin kita hidup sendiri.
Akhir Menjadi Mar’ah Sholihah (Wanita Sholihah)

Ammatullah, zaujah sholihah, ummu sholihah, menjadi bagian dari sebuah komunitas, adalah empat tahap uji sebelum menggapai mar’ah sholihah. Ketika keempat langkah di atas telah terlampaui hasilnya tetap tercetak beda antara satu dengan yang lainnya. Paling tidak ada beberapa kriteria dapat diamati. Sebagaiman firman Allah dalam Surah al-Faathir (Surah ke 35) ayat 32.

“…..di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”

Wallahu a’lam bishshowab wa ‘afwu minkum

Maaraji’ :
Al-Wajiiz Fit Tarbiyah, Yusuf Muhammad Al-Hasan
Ath thoriq ilaa jamaa’atil muslimiin, Hussain bin Muhammad bin ali Jabir MA
Kaifa Takuuniina Zaujatan Shoolihatan, Ad-Dar Ibnul Mubarok.
Lima Tahap Mar’ah Sholihah, kajian bersama Ustadz Yusuf Irianto
Tarbiyah Ruhiyah, Dr.Abdullah Nashih ‘Ulwan.

sumber : Foswat's weblog

Read More......
 
 
 

KUNJUNGAN

free counters
Powered By Blogger

detiknews - detiknews

JARINGAN

 
Copyright © KAMUS BABEL