“Sejam lebih Dekat bersama Prof. Djamaludin Ancok”

Resensi Oleh: Feni Febriani dan Julia Aisyah

“Kaya, tapi kelaparan dilumbung sendiri” kata-kata yang masih melekat dari silaturahim tokoh “sejam lebih dekat bersama Prof. Djamaludin Ancok Ph.D”. Beliau yang merupakan salah satu Guru Besar Fakultas Psikologi UGM ini mampu menghipnotis mahasiswa bangka belitung dengan uraian motivasi dan pengalaman hidup beliau.

Ditambah dengan gurauan ringan dalam penyampaiannya, tak heran membuat gelak tawa dari para peserta yang mendengarnya. Acara yang diadakan oleh Kamusbabel (Keluarga Muslim Bangka Belitung) wilayah Yogyakarta ini dihadiri oleh 34 orang mahasiswa baik dari Bangka maupun Belitung dengan variasi universitas dan fakultas yang berbeda-beda tentunya.

Banyak hal yang disampaikan oleh Prof. Djamaludin dalam silaturahmi sore itu. Beliau memulai dengan membuka cakrawala berpikir mahasiswa babel dengan memaparkan tentang gambaran negara Indonesia 20 tahun kedepan, yaitu tahun 2030. Bahwa negara Indonesia akan menjadi negara terkaya ke-6 didunia. Namun sayang, bukan Indonesia sendiri yang memiliki kekayaan itu melainkan perusahaan asing juga ikut menikmatinya.


Adapun urutan selengkapnya yang dipaparkan beliau dari urutan pertama terkaya sampai dengan yang ke-7 adalah sebagai berikut; 1. CINA. Dikarenakan banyak negara yang berhutang, termasuk Amerika. Dan negara ini memiliki kekayaan sebesar 3,2 triliun U$. Sedangkan Indonesia hanya 66 milyar U$. 2. INDIA. Karena di India memiliki potensi orang-orang yang cerdas, alam yang stabil, dan pariwisata. 3. AMERIKA, dikarenakan kehidupan yang supermodern. 4. BRAZIL yang diperkaya dengan minyak, sawit, karet, daerah tropis, dan ikan. 5. MEKSIKO, diperkaya karena minyak ,industri, pertanian. Dan terakhir ke 7 yakni RUSIA.

Pada zaman globalisasi sekarang ini segala hal dalam hidup adalah tantangan, mulai dari pasokan makanan sampai tantangan dunia kerja. Sehingga karakteristik yang perlu kita lakukan untuk mampu bersaing di era global ini menurut beliau adalah:

1. Skill. Bahasa à terutama bahasa inggris. Karena segala macam test atau wawancara kerja yang akan kita hadapi nanti adalah dengan bahasa inggris. Sehingga kemampuan berbahasa inggris sangatlah diperhitungkan.

2. Kemampuan planning. Beliau mengatakan “orang luar negeri jarang terlambat dan jarang pergi ke kamar kecil saat perkuliahan atau aktivitas lainnya”. Bandingkan dengan diri kita, ketika akan ataupun sedang kuliah. Kita sama seperti mereka ataukah malah sebaliknya? Mari berintropeeksi diri.
“jangan jadi kuli di negara sendiri” tegas beliau. Karena persaingan asing yang begitu pesat, sehingga nanti pekerja asingpun bebas untuk mencari pekerjaan di Indonesia karena sudah ada WTO..!!! innalillah.., akan kemana warga kita yang berbanyaaakk ini..!!

Tapi kita jangan terlalu berkecil hati. Beliau mengatakan banyak orang2 Indonesia yang bisa sukses di luar negeri, khususnya “urang” Bangka Belitung. Ada lebih dari 100 orang, dan jika disebutkan satu persatu tentu sangatlah panjang. Justru yang harus jadi pertanyaan penting adalah kenapa mereka mampu menjadi salah satu “orang sukses” di negari asing belahan bumi sana…?? Itulah yang menjadi sorotan utama beliau. Jika mereka saja bisa? tentulah kita juga bisa seharusnya. Sukses membutuhkan “modal”, dan “modal sukses” menurut beliau adalah:

1. Kecerdasan Intelektual.

“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Mujaadilah : 11)

Orang yang mulia adalah orang yang beriman dan berilmu. Tentulah untuk beriman kita butuh ilmu dan untuk ilmu kita perlu membaca. “Harus rajin membaca, kerena membaca alat untuk bersaing” tegas beliau memberi motivasi. Mari jawab pertanyaan ini, “ceritakan 2 buku terakhir yang kamu baca?”. Dari pertanyaan ini kita bisa menganalisa diri kita. Jawaban apa yang hendak kita sampaikan, tentunya diri kitalah yang tahu. Apakah kita akan menceritakan buku yang kita baca hari ini, kemarin, 1 bulan yang lalu, 1 tahun yang lalu atau bahkan hanya terdiam karena tidak ada buku yang dibaca? Jadi teringat slogan ketika zaman sekolah dulu, “Ayooo, gemar membaca. Banyak baca, banyak tahu”.

2. Kecerdasan Emosional.

Yakni kemampuan dalam mengendalikan emosi. Seperti yang Allah perintahkan pada surah Ali-Imran, bahwa agama menyuruh kita berilmu dan mempunyai emosi yang baik. Menurut beliau orang yang sukses adalah orang yang memiliki emosi yang baik, alangkah baiknya jika berbicara dengan kata-kata yang enak didengar dan itu adalah kata-kata pilihan. Kalau tidak bisa berkata baik, lebih baik diam.

Mario teguhpun dalam acaranya pernah memberi contoh untuk kasus yang satu ini. Suatu ketika suami yang baru pulang bekerja, langsung duduk manis di depan meja makan mencicipi masakan istrinya. Kemudian dia berujar “Istriku yang baik hati, terima kasih sudah memasak untukku dan keluarga kita. Sungguh, masakan ini enak sekali rasanya. Tapi lebih enak lagi jika garamnya dikurangi”. Sang istripun bisa menerima saran dari suaminya tanpa emosi ataupun pertengkaran, yang mengkritik bahwa masakan yang ia buat itu keasinan. Bagaimana menurut teman-teman? Enak didengar bukan, jika kata-kata yang keluar dari mulut kita itu adalah kata-kata pilihan?

Beda cerita jika kata-kata yang keluar itu “Weeeww… masen ge lempah kuning e, nek kawin agik jangan-jangan”. Lebeb… bise2 ade piring melayang tuh. Heee…

3. Ketangguhan, ketabahan, kesabaran.

“Allah memuliakan orang2 yang tangguh”. Mari belar pada filosofi keris. Keris yang berseni tinggi itu tidak serta merta datang begitu saja, tapi melaui proses panjang, yakni dipanaskan dengan api, dipentung (ditempa), dipanaskan lagi, dst.

Memang terkadang kesuksesan itu datang harus melalui perjuangan berat, bahkan penderitaan. Kemudian mari kita belajar melalui filosofi telur. Yuks, bandingkan telur yang 3 hari lagi akan menetas secara alami (melalui proses alam) dengan telur yang dipercepat prosesnya oleh manusia.

Akan berbeda tentunya. Telur yang menetas sendiri, tentu sudah sedari dini harus berjuang hidup dengan mula-mula melepaskan diri dari cangkangnya. Dan setelah itu ia pun harus tumbuh berkembang sampai akhirnya bisa belajar terbang. Namun, telur yang 3 hari lagi akan menetas dipercepat prosesnya dengan dikeluarkan oleh manusia dari cangkangnya, memang benar ia akan hidup, tapi apakah ia akan mampu terbang? Begitulah proses belajar, berjenjang. Langkah demi langkah itu butuh kesabaran.

Ada kata2 menarik yang beliau kutip dari salah satu orang sukses, “Hati-hati dengan pikiran anda, karena pikiran anda akan menentukan perkataan anda, hati-hati dengan perkataan anda, karena perkataan anda akan menentukan perbuatan anda, hati-hati dengan perbuatan anda, karena perbuatan anda akan menentukan NASIB anda”. Hidup itupun harus disertai dengan syukur dan sabar. Jadi, jangan mudah berputus asa dan janganlah bekeluh kesah, karena tidak ada sesuatu yang terjadi sia-sia.

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka” (Ali-Imran:191).

4. Sosial (bersilaturahim)

“Barangsiapa menyambung silaturahmi Aku beri rezeki, beri kesehatan, dan panjangkan usianya”. (Al Hadist)

“Siapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Alloh, maka akan ada yang memanggilnya: Kebaikan buatmu dan perjalananmu, dan engkau telah menyediakan tempatmu di syurga”

(HR. Bukhari)

Sehingga dianjurkan untuk kita semua agar saling menjaga pintu silaturahmi, agar dipanjangkan umur dan rezekinya, semoga KAMUS BABEL ini merupakan salah satu pintu kita untuk masuk surga-Nya. Amin.

5. Jadilah pribadi yang siddiq, amanah, tabligh, dan fatonah dalam berdampingan dengan siapapun, kapanpun dan dimanapun kita berada.

6. Kesehatan. Bukankah Allah lebih menyukai mukmin yang kuat daripada mukmin yang lemah? Menjaga kesehatan itupun sangatlah penting. Disaat semua modal sukses diatas dari 1-5 sudah terpenuhi, namun ternyata kesehatan tidak mendukung, maka tak akan berdaya diri ini menopang segala amanah yg ada. Betul tidak???

Banyak sekali pemaparan yang beliau ungkap untuk membuka cakrawala berpikir kita. Salaah satunya dengan mengembalikan kita pada zaman penjajahan dan nenek moyang kita yang sudah cerdas, agar kita mampu bercermin diri, berpikir kritis dalam menghadapi realita kehidupan saat ini. Jangan jadi orang yang mudah berputus asa dan berkeluh kesah, karena “yang cengeng tidak akan sukses” tutur Prof. Djamal.

Asrama ISBA Yogyakarta, 11 Oktober 2011

1 comments:

sip... maju terus kamus babel Jogja.
:D

Post a Comment

 
 
 

KUNJUNGAN

free counters
Powered By Blogger

detiknews - detiknews

JARINGAN

 
Copyright © KAMUS BABEL