"Sedikit Namun Berisi" Silaturrahim dan Taujih Hamasah PERMASISEL Jogjakarta

17 Apr 2010

Alhamdulillah hari ini, Sabtu 17 April 2010 jam 13.30 - 15.00 WIB di Masjid Nurul Ashri Deresan Jogja telah berlangsung pertemuan silaturahim dengan Ustad Hasan Hartanto, Lc.

Dihadiri kurang lebih 22 peserta dari perwakilan Sumbagsel yakni Jambi, Benguku, Sumatra Selatan, Bangka Belitung, dan Lampung. Ada semangat luar biasa yang dirasakan teman-teman saat bertemu saudara sedaerah, selain bisa bersilaturrahim, ada taujih dari ustad wilda Sumbagsel.


Ust. Hartanto selaku pemateri memberikan taujih tentang Internalisasi Al-Quran dan tentang ke-jama'ah-an serta memberikan pemaparan kondisi wilayah Sumbagsel sendiri khususnya Bengkulu dan Bangka Belitung. Acara di akhiri dengan tanya jawab dari beberapa peserta yang ingin mengetahui kondisi wilayah masing-masing.

"SubhanAllah, harapannya acara seperti ini rutin dilaksanakan dan adanya komunikasi yang continue dengan pihak-pihak wilayah daerah asal dengan mahasiwa yang berada di daerah rantau agar sedikit banyaknya mengetahui kondisi terkini dan apa saja peran yang bisa kita ambil" papar salah seorang peserta.

Mudah-mudahan PERMASISEL tetap istiqomah, dan segera menyiapkan agenda besar terdekat yakni penyambutan mahasiswa baru. (a-you)


Read More......

Ketika Rasa Kedaerahan Dipertanyakan

Penulis: Oleh: Gusti Indah, S.IP

Bangka Pos edisi: 23/Nov/2009

harus ada goodwill dari pemerintah daerah untuk memberikan kesempatan bagi putera daerah untuk mengabdi dan berkarya di negerinya sendiri. Tentu saja harus disertai dengan peningkatan kualitas, kapasitas, dan kapabilitas.

KITA memang bertumpah darah satu, hidup di bumi Indonesia tercinta. Namun sebagai manusia yang memiliki identitas diri, tidak dapat dipisahkan pula rasa kedaerahan yang begitu kental hadir dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Ritual mudik waktu lebaran dapat dijadikan indikasi. Ribuan bahkan jutaan orang rela berdesak-desakan, menghabiskan seluruh tabungannya selama bertahun-tahun demi kembali pulang ke kampung halaman masing-masing. Kampung halaman ibarat tempat bermanja setelah lelah merantau baik itu karena mencari nafkah maupun menuntut ilmu.


KITA memang bertumpah darah satu, hidup di bumi Indonesia tercinta. Namun sebagai manusia yang memiliki identitas diri, tidak dapat dipisahkan pula rasa kedaerahan yang begitu kental hadir dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia. Ritual mudik waktu lebaran dapat dijadikan indikasi. Ribuan bahkan jutaan orang rela berdesak-desakan, menghabiskan seluruh tabungannya selama bertahun-tahun demi kembali pulang ke kampung halaman masing-masing. Kampung halaman ibarat tempat bermanja setelah lelah merantau baik itu karena mencari nafkah maupun menuntut ilmu.

Merantau karena pendidikan dirasakan juga oleh mereka yang berasal dari desa, dusun, dan seluruh pelosok negeri yang berbondong-bondong untuk mencicipi bangku sekolah dan tak jarang harus mengorbankan segala harta bendanya semisal kebun, tanah, demi melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Tak jarang, cita-cita mereka adalah ketika telah berilmu kelak dapat mengabdikan ilmu mereka di daerah mereka masing-masing.
Seiring tingkat pengangguran yang semakin tinggi di seluruh wilayah Indonesia, tentu harapan sudah jauh dari kenyataan. Persaingan untuk merebut lapangan pekerjaan semakin ketat dan ganas. Mereka yang mengklaim diri mereka sebagai putera daerah seakan melongo ketika pulang ke daerah.

Provinsi Bangka Belitung misalnya, pun tidak ketinggalan menjadi sasaran empuk para eksodus pencari kerja dari berbagai provinsi di Indonesia. Kini, tak jarang dijumpai para penduduk provinsi ini yang berpendidikan terlihat tidak memiliki pekerjaan yang memadai ataupun tidak sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing. Karena apa? Karena banyak lahan-lahan pekerjaan telah diisi oleh orang “luar” yang ikut mengadu nasib ke provinsi yang dikenal ramah pada pencari uang ini. Lihatlah disekitar kita sekarang, menjamurnya para imigran dari luar daerah seperti Jawa, Palembang, dan lain-lain. Mereka mengambil alih sektor pertambangan, perdagangan, bahkan sektor informal seperti kuli bangunan, jembatan, serta jalan. Bahkan kini, yang menduduki posisi-posisi strategis di pemerintahan ataupun swasta telah diisi oleh bukan orang Babel.

Jika keadaan seperti dibiarkan terus berlanjut, dikhawatirkan memudarnya peran, fungsi, dan kesempatan sebagai penduduk asli atau putera daerah. jika kita mau jujur, tentu sebagian dari penduduk asli tersebut tidak atau belum mampu jika bersaing secara terbuka (frontal). Apalagi perguruan tinggi di Bangka Belitung ini belumlah semaju, Jawa katakanlah.

Ditengah semaraknya perebutan CPNSD sekarang ini, dengan jumlah pelamar yang membludak dengan angka-angka pelamar yang semakin hari semakin tinggi dan lagi-lagi kelimpungan pelamar dari luar daerah. apalagi saat ini proses seleksi berkas, administrasinya sangatlah mudah, yakni via pos. jadi, asal ia berwarga negara Indonesia hampir dapat dipastikan boleh mengikuti tes di provinsi ini. Dikhawatirkan yang terjadi adalah ketidakproporsionalan komposisi antara yang diterima CPNS antara pendatang dan penduduk asli.

Jika hal ini yang terjadi, merupakan suatu hal yang musykil lama-kelamaan akan terjadi konflik sosial yang bermula pada kecemburuan sosial. Gesekan-gesekan akan sering terjadi, banyak daerah yang telah menjadi contoh, di Sampit, Papua, yang menjadi inti persoalan konflik sosial adalah pada permasalahan akses ekonomi. Kita tidak ingin, pulau Bangka Belitung yang kaya akan timah ini menjadi orang yang terjajah di negerinya sendiri. Ibarat, orang yang punya timah, malah menjadi kuli timah itu sendiri.

Peran Pemerintah

Oleh karena itu, untuk menyelesaikan permasalahan ini sangat dituntut peran pemerintahan daerah. Otonomi daerah yang telah dirintis dengan penuh perjuangan yang memberikan kebebasan dan landasan hukum bagi daerah untuk berbuat yang terbaik bagi daerahnya. Salah satunya mengakomodir sumber daya berpendidikan yang ada di daerahnya. Bukakah tujuan utama dari otonomi daerah adalah mensejahterakan penduduk?

Tiada kata lain sebagai solusinya adalah harus ada goodwill dari pemerintah daerah untuk memberikan kesempatan bagi putera daerah untuk mengabdi dan berkarya di negerinya sendiri. Tentu saja harus disertai dengan peningkatan kualitas, kapasitas, dan kapabilitas. Harus ada pendefinisian ulang tentang putera daerah semisal apakah orang yang bersangkutan telah tinggal selama 10 tahun terakhir di provinsi ini, menghabiskan masa pendidikan dasarnya disini, dan lain-lain. Karena sentuhan aspek kelokalan akan membentuk identitas yang bermuara pada rasa kepemilikan.

Oleh karena itu, diharapkan agar Bangka Belitung tidak hanya maju dari segi pariwisata, pembangunan, ekonomi, dan lain-lain akan tetapi juga peningkatan sumber daya manusia dan mengakomodir sumber daya tersebut.***

Read More......

"Sedikit Namun Berisi" didedikasi untuk "mereka" yang berkomitmen di jalan ini..

assalamu'alaykum...

bagaimana kabar iman hari ini..?
..dan..
..bagaimana dengan hati..?
semoga Allah berikan ketetapan pada hati ini...
untuk terus menyusuri jalan dakwah ini..


..walau terkadang
..fitnahan
hujatan..
cacian..
dan makian..
seringkali mewarnai
perjalanan panjang ini..
..dan..
..raga..
..jiwa..
..harta..
dan air mata..
telah kita persembahkan..
di jalan ini..
hingga terkadang..
..LELAH
..dan jenuh
menghampiri setiap jejak PERJUANGAN..
mengarungi jalan ini..
...................
"Sesunggunya Allah telah membeli dari oarang-orang mu'min diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka...
..................
Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh... Dan siapakah yang lebih menepati janjinya daripada Allah?
..................
...Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar" (QS At -Taubah : 111)
..................
..saudaraku..
mari tanyakan pada hati kita..
pantaskah kita mengeluh..
..dalam mengarungi jalan ini..
karena hakikatnya..
komitmen adalah sebuah totalitas perjuangan..
....................
dakwah ini
ada atau tidaknya kita disana...
dakwah akan tetap diperjuangkan..
namun..
apakah syurga-Nya tidak begitu mengiurkan untukmu?
....................
..saudaraku..
mari kita tengok sejenak
potret sebuah negeri
dimana perjuangan..
pengorbanan..
..tak kenal kata LELAH
..PALESTINA..

-nb : jika ingin melihat video ini, backsound blog (masa muda/edc) di pause dulu.


Read More......

Kebaikan yang Mengintip

14 Apr 2010

Mempercayai yang terbaik dalam diri seseorang
akan menarik keluar yang terbaik dari mereka

berbagi senyum kecil dan pujian sederhana
mungkin saja mengalirkan ruh baru pada jiwa yang nyaris putus asa
atau membuat sekeping hati kembali percaya
bahwa dia berhak dan layak untuk berbuat baik
***
Lelaki itu menyipitkan mata diterjang terik. Kakinya tersaruk seok dalam sengatan pasir. Dia datang dari jauh memikul beban hati yang memayahkan. Perjalanannya melelahkan. Tapi biara yang ditujunya tak jauh lagi. Jalan agak mendaki kini, tapi sekuncup harap telah bersemi di hati.

Di pintu biara, Rahib ahli ‘ibadah itu menyambutnya dengan wajah datar. Lisannya terus berkomat-kamit. Rahib itu masuk sebentar dan keluar dengan dua gelas logam di tangannya. Dia letakkan satu di hadapan si lelaki, dan gelas lain dia genggam dengan dua tangan. Dihirupnya dalam-dalam aroma yang menguar bersama asap.


“Rahib yang suci”, kata si lelaki. Dia berhenti sejenak lalu mengunjal nafasnya panjang-panjang. “Mungkinkah dosaku diampuni?”

Rahib itu tersenyum setengah menyeringai. “Memangnya apa khilafmu?”

Agak tercekat dia menjawab. “Aku telah membunuh”, katanya, “Sebanyak sembilanpuluh sembilan jiwa.”
Hampir saja gelas di tangan sang Rahib jatuh. Matanya terbelalak dan mulutnya ternganga.

“Mungkinkah dosaku diampuni?”, lanjut si lelaki sambil menatap harap-harap. Tangannya cemas menggariki permukaan gelas logam. Dia lalu menunduk menanti sabda.

Tetapi Rahib itu memalingkan muka. Rautnya tampak tak suka. Lelaki itu menangkap mimik jijik di garis-garis wajah sang Rahib. Sayup dia menggumamkan sebuah ayat dalam Taurat. “Membunuh satu jiwa sama artinya membinasakan seluruh jiwa, memusnahkan segala kehidupan. Sembilanpuluh sembilan.. Sungguh dosa yang tak terperikan. Tak terampunkan.”

Entah mengapa si lelaki pembunuh tiba-tiba disergap benci yang bergulung-gulung pada si Rahib. Batinnya yang luka dan tersiksa oleh dosa serasa disiram cuka yang memedihkan mendengar gumam itu. Cara Rahib itu memperlakukannya, bersikap, berkata-kata, dan menjawab tanya seolah mereka dibatasi dinding tak tertembus. Si Rahib suci. Tanpa dosa. Dan dia adalah lelaki hina, najis, tak terampuni.

Sekuncup harap yang tadi bersemi, kini gugur disengat api.

Maka sekali lagi syaithan mengalahkannya. Dalam detikan saja, pedangnya telah memenggal si Rahib, membelahnya jadi dua. Dan dia disergap sesal yang jauh lebih menyakitkan. Genap sudah seratus nyawa. Darah sang Rahib yang mengalir merah terlihat bagai neraka menyala, siap membakarnya. Dia bergidik. Dia beringsut mundur. Nafasnya tersengal, jangganya terasa tercekik hebat, keringat dinginnya merembesi baju. Dengan tenaga yang dihimpun sepicak-sepicak, dia berlari. Terus berlari.

Untuk beberapa waktu, dia bersembunyi. Tapi dia tahu, yang dia takuti bukan apa yang ada di luar sana. Yang paling menakutkannya ada di dalam dada. Tak tampak. Tak pernah membiarkannya nyenyak. Tak pernah mengizinkannya hening.

Satu hari dia tak tahan lagi. Diberanikannya menemui orang yang dianggapnya mampu memberi jawab gelisah hatinya. Kali ini bukan rahib yang dipilihnya. Kali ini seorang ‘alim yang didatanginya. Dan lelaki berilmu itu menerimanya dengan senyum tulus.

“Allah itu Maha Pengampun saudaraku”, ujar sang ‘alim ramah. “Taubatmu pasti diterima. Hanya saja, selain menyesali segala yang telah berlalu dan menebusnya dengan kebaikan-kebaikan, engkau juga harus meninggalkan negeri yang selama ini kau tinggali. Pergilah ke negeri lain untuk memulai hidupmu yang baru. Engkau harus berhijrah.”

Lelaki pembunuh itu, kita tahu, benar-benar berhijrah. Tapi dia mati di perjalanan. Dan malaikat rahmatpun memenangkan perdebatannya dengan malaikat ‘adzab. Sebab ketika diukur jaraknya, lelaki itu sejengkal lebih dekat ke arah negeri pertaubatannya. Dia benar-benar telah meninggalkan kejahatan, meski baru sejengkal. Maka Allah memerintahkan agar dia dibawa ke surga.

***

Kebaikan itu hanya menyembul sedikit, mengintip di balik terbunuhnya seratus nyawa. Seorang rahib memang ahli ‘ibadah. Tetapi dia bukan ahli ilmu. Dia tak kuasa mengenali kebaikan yang yang tersembunyi. Begitulah kita hari-hari ini, banyak terpesona dan dengan mudah menyebut seseorang sebagai, “Ustadz!” Padahal boleh jadi dia bukan ahli ilmu. Dia bisa saja ‘Abid, ahli ‘ibadah. Atau juga Khathib, seorang yang fasih bicara. Atau bisa juga Katib, seorang yang pandai menulis. Atau sejauh-jauhnya Hafizh, orang yang pintar menghafal.

Adapun ‘ulama, adalah mereka yang benar-benar mengenal Allah dan takut kepadaNya.

Seperti ‘alim yang menuntun sang pembunuh untuk bertaubat. Dia lelaki jernih yang penuh prasangka baik. Jika si rahib lebih tertekan oleh kata “membunuh”, sang ahli ilmu lebih terkesan oleh kata “taubat”. Kebaikan itu memang belum wujud, tapi dia memperlakukan sang pembunuh dengan penuh cinta, mempercayai yang terbaik dalam dirinya, dan menjadikan lelaki itu mampu menyongsong jalan surga.

Itulah ‘ulama. Dalam dekapan ukhuwah kita belajar dari mereka untuk takut kepada Allah dan tak mudah-mudah memvonis pada sesama hamba. Dalam dekapan ukhuwah kita belajar untuk mengenali kebaikan yang mengintip, mempercayainya, dan memberinya kesempatan untuk tampil mengemuka.

Memiliki akhlaq keulamaan ini bukan tak mudah. Kita hanya perlu memiliki perasaan sewajarnya bahwa kita sendiri juga manusia. Kita juga bisa khilaf dan alpa. Tak ada manusia suci yang tak punya masa lalu, dan tak ada insan jahat yang tak punya masa depan. “Dia yang tak mampu memaafkan kesalahan orang lain”, demikian dikatakan oleh George Herbert, “Telah menghancurkan jembatan yang seharusnya dia lalui sendiri.”

Mempercayai yang terbaik dalam diri seseorang, akan mengeluarkan yang terbaik dari mereka. Dalam dekapan ukhuwah, mari kita percayai asas itu. Dan mari kita perlakukan saudara-saudara tercinta kita dengan asas yang sama. Johann Wolfgang von Goethe, pemikir Jerman yang sangat mengagumi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam itu punya ungkapan yang menarik. “Perlakukan seseorang sebagaimana dia tampak saat ini”, tulisnya dalam Faust, “Dan kau akan menjadikannya lebih buruk. Namun jika kau memperlakukannya seolah dia telah menggapai potensinya dan mewujudkan citanya, kau akan menjadikannya sebagaimana dia yang seharusnya.”

Sungguh, setiap orang ingin hidupnya berarti. Semua orang ingin merasa dirinya penting dan punya makna. Kitapun demikian. Sebab itulah, dalam dekapan ukhuwah, asas ini berlaku untuk setiap orang, bahkan mereka yang tidak mempertunjukkannya. Mungkin saja, mereka sedang menunggu rangsang kecil dari kita untuk menjadi seseorang yang hebat. Mari bukakan kesempatan itu dengan mempercayai adanya kebaikan yang tersembunyi.

Sikap merasa lebih dan merasa suci jelas adalah lawan dari akhlaq keulamaan yang takut kepada Allah itu. Mereka yang merasa lebih, sulit mengenali kebajikan yang mengintip. Mereka dirabunkan oleh asap angan-angannya sendiri untuk menjadi lebih, padahal masih dalam khayalan.

Yang menggelikan adalah ketidakmampuan mereka untuk menghargai kebajikan yang mengintip biasanya diiringi kebanggaan atas apa yang tak mereka punya, dan keinginan dipuji atas apa yang belum mereka lakukan. Jika disebut kebaikan kecil yang dilakukan seseorang, mereka selalu memaparkan kebaikan yang lebih besar. Bukan untuk menjadikannya ‘ibrah apalagi ‘amal diri, sebab dirinya sendiri selalu berlindung di balik ‘udzur “syaratnya belum terpenuhi”. Semua dilakukannya hanya untuk menenggelamkan kebaikan kecil itu dan membuatnya seakan tak bernilai.

Semua manusia adalah anak-anak Adam yang menjadi tempatnya salah dan lupa. Maka orang suci sejati bukan yang tak berdosa, melainkan mereka yang banyak beristighfar kepada Allah. Mereka sering disergap rasa bersalah dan berdosa. Lalu dengan istighfar itu mereka merasakan ketenteraman dalam naungan ampunanNya. Maka mereka tumbuh menjadi pemaaf, sebab mereka juga tumbuh dalam pemaafan Allah. “Adapun mereka yang kurang beristighfar”, begitu ditulis Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam Madaarijus Salikin, “Pastilah hatinya keras dan merasa suci. Dan itu membuat mereka mudah sakit hati, sulit menghargai, dan tak mampu memaafkan.”

Tentu saja kita boleh menambahi keterangan Ibnul Qayyim ini: mereka yang tak mampu mengenali kebaikan yang mengintip, bisa berakhir tragis seperti sang rahib dalam kisah kita di awal tulisan.

Maka mari kita belajar untuk menghargai kebaikan yang mengintip, atau mentakjubi keshalihan yang kecil dan sederhana. Membiasakan hal ini sungguh akan menjadi sebuah latihan jiwa yang berharga. Sebab ada tertulis, “Mereka yang tak bisa menghargai yang kecil, takkan mampu menghormati yang besar. Dan mereka yang tak bisa berterimakasih pada manusia, takkan mampu mensyukuri Allah.”

salim a. fillah
-www.safillah.co.cc-

Read More......

Yuk, ke Festival Seni-Budaya Perguruan Tinggi ASEAN!

13 Apr 2010

BANDUNG, KOMPAS.com - Plus Art and Culture Festival 2010 akan digelar di Taman Budaya Jawa Barat, Bandung, 25-27 April 2010 mendatang.

Kegiatan ini merupakan yang pertama bagi penyelenggaraan Festival Pergelaran Seni dan Budaya Antar-Perguruan Tinggi ASEAN serta China, Jepang, dan Korea Selatan.

"Diharapkan, ada pengalaman baru yang diperoleh para peserta, khususnya kalangan perguruan tinggi, pengusaha, dan masyarakat Jawa Barat dalam konteks komunikasi lintas budaya," kata ketua panitia pelaksana Ikke Dewi Sartika di Bandung, Senin (12/4/2010). (CHE)




Read More......

Informasi Beasiswa Monbukagakusho Program Research Student Keberangkatan 2010 untuk Umum

Pendaftaran untuk keberangkatan tahun 2011 telah dibuka pada 12 April 2010 dan akan ditutup pada tanggal 12 Mei 2010.

Program ini ditujukan untuk mereka yang berminat dalam program research student di perguruan tinggi di Jepang.

Peminat pada waktu menjalani research student diperbolehkan melamar ke program degree (S-2 / S-3 / professional graduate course) atau meneruskan program S-3 setelah menyelesaikan program S-2 / professional graduate course, apabila lulus seleksi tes ujian yang diberikan oleh universitas yang bersangkutan.

Peminat juga dapat langsung masuk ke program degree tanpa mengikuti research student apabila telah mendapatkan izin dari universitas yang bersangkutan. Beasiswa diberikan tanpa ikatan dinas, mencakup biaya kuliah dan biaya hidup.


PERSYARATAN

1.Lahir pada dan setelah tanggal 2 April 1976.
2.IPK minimal 3.0 dari tingkat perguruan tinggi terakhir (atau nilai EJUminimal 260
dalam jumlah 2 mata ujian tidak termasuk Bahasa Jepang)
3.Nilai TOEFL-PBT minimal 550 atau TOEFL-CBT minimal 213 atau TOEFL-IBT minimal 79
atau ekuivalen, atau nilai Japanese Language Proficiency Test minimal level 2.
4.Memilih bidang studi yang sama dengan disiplin ilmu sebelumnya.
5.Bersedia belajar Bahasa Jepang.
6.Sehat jasmani dan rohani.
7.Pelamar harus membaca dan memahami lampiran keterangan secara teliti.

CARA PELAMARAN

1.Formulir dapat diambil di Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang, Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya dan Medan atau bisa download dari halaman ini.
2.Formulir beserta dokumen yang diminta harus dibawa/ dikirim langsung ke Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta (bukan ke Konsulat Jenderal Jepang).
3.Pendaftaran dibuka pada tanggal 12 April 2009 sampai dengan tanggal 12 Mei 2009.
4.Siapkan dokumen sesuai dengan lampiran no. 7.

Download:
Form-form yang dapat di-download dari sini adalah :
- Application Form
- Field of Study and Study Program
- Recommendation Form
- Certificate of Health

TAHAP PENYELEKSIAN

1.Kedutaan Besar Jepang melakukan seleksi dokumen, dan akan memberitahukan kepada mereka yang lolos 1 (satu) minggu sebelum ujian tertulis. (Kurang lebih 100 pelamar dipilih melalui seleksi dokumen ini.)
2.Ujian tertulis Bahasa Jepang dan Bahasa Inggris akan dilaksanakan di Jakarta, Surabaya, Medan pada awal Juli 2010. (Bahasa Inggris sebagai ujian pilihan. Nilai yang lebih tinggi akan dipakai untuk pertimbangan seleksi.)
3.Wawancara akan diadakan di Jakarta bagi seluruh peserta ujian tertulis dari pada bulan Juli 2010 sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh Kedubes Jepang (biaya transportasi dan akomodasi tidak disediakan Kedubes Jepang).
4.Bagi yang lolos seleksi di Kedubes Jepang, akan diberikan surat keterangan sbb: 1 (satu) berkas formulir beserta dokumen yang telah diberi stamp Kedubes Jepang, surat keterangan untuk perguruan tinggi di Jepang, dan lembar “Letter of Acceptance”. Pelamar boleh memilih maksimal 3 (tiga) perguruan tinggi untuk mendapatkan izin penerimaan sebagai mahasiswa program degree atau research student, atau “Letter of Acceptance” (izin penerimaan tidak resmi) sebagai research student.
5.Untuk mencari informasi perguruan tinggi di Jepang, silakan lihat website berikut:
Directory Database of Research and Development atau
Asian Students Cultural Association.
6.Harap mengirimkan surat izin atau Letter of Acceptance dari perguruan tinggi Jepang secepat mungkin ke Kedubes Jepang.
7.Kedubes Jepang akan merekomendasikan peserta ke MEXT.
8.Peserta akan menjadi penerima beasiswa jika lolos seleksi di MEXT.

CATATAN

Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi :
Bagian Pendidikan Kedutaan Besar Jepang
Jl. MH Thamrin no.24 Jakarta 10350
Telp. (021) 3192-4308 ext.175 atau 176

Informasi lengkap dan download formulir klik http://www.id.emb-japan.go.jp/sch_rs.html

Read More......

Sosialisasi Mukernas Permasisel Jabar

Alhamdulillah, Bandung Sudah melaksanakan Sosialisasi hasil Mukernas pada hari sabtu 10 April Jam 13-15 WIB di GSS C Mesjid Salman ITB, Diakhiri dengan Mars Permasisel dan TAKBIR!!! Tanda siap menyongsong kemenangan dakwah di SUMBAGSEL.

Ba'da asharnya dilanjutkan dengan Syuro' pembentukan panitia Talkshow dan Laun...ching PERMASISEL JABAR yg Insya Allah dilaksanakan bertempat diIslamic Center/ PUSDAI (Pusat Dakwah Islam) Bandung, 7 Mei 2010.




Read More......

Pembelajaran yang Dipercepat?: The Learning Revolution Part 2

11 Apr 2010

”Musik mengurangi tekanan dan ancaman (stres), meredakan ketegangan, meningkatkan gairah dan semangat (energi), dan memperbesar daya ingat. Musik menjadikan orang lebih cerdas.”
Dr. Jeannette Vos

Adalah Dr. Georgi Lozanov yang dianggap sebagai salah seorang tokoh yang kemudian memunculkan apa yang disebut sebagai accelerated learning. Dr. Lozanov, seorang pendidik asal Bulgaria, mencetuskan dua hal penting yang menjadi basis penyelenggaran accelerated learning. Pertama, sugesti; dan kedua, musik. Secara bahasa, sugesti bisa berarti “dorongan” atau “pengaruh yang dapat menggerakkan hati”. Dalam konteks pendidikan, sugesti yang diperlukan jelas sugesti positif.


Praktik sugesti positif mudah sekali dijalankan. Dengan menggunakan kata-kata yang membangkitkan harapan, semangat, dan pemberdayaan (bukan pelemahan)—yang secara sangat khusus ditujukan kepada diri kita—kita sudah dapat menjalankan sugesti positif tersebut. Saya juga kadang menganggap sebuah doa identik dengan sugesti positif—apalagi doa yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh. Jadi, misalnya saja ada seorang anak yang ingin belajar matematika dan sugesti positif ingin digunakan di situ, kita kemudian dapat membantu anak tersebut agar mendapatkan ”bahasa” untuk otaknya bahwa dia mampu belajar matematika dan akan berhasil dalam pembelajarannya.

Dr. Georgi Lozanov

Akhirnya, memang, yang menentukan keberhasilan bukan sugesti tetapi aksi. Sugesti hanya menyiapkan ”jalan” menuju keberhasilan. Yang meraih keberhasilan adalah tindakan orang yang tersugesti. Namun, bayangkan sebuah keadaan yang seperti ini: Ada seorang anak yang ingin belajar matematika. Dia mendengar dari lingkungannya bahwa matematika itu sulit. Ke mana pun dia melangkah, dia senantiasa mendengar tentang sulitnya belajar matematika. Bahkan, kadang ada yang menambahi bahwa guru-guru matematika galak-galak dan angker serta serem-serem. ”Bahasa” (negatif) itu terus menyerang pikirannya. Bisa jadi yang didengar oleh sang anak nyata, tetapi kenyataan dalam bentuk ”bahasa” itu—apalagi yang negatif—efeknya luar biasa bagi kerja otak. Dan, ada kemungkinan, ketika melakukan tindakan nyata (belajar matematika), dalam pikiran si anak senantiasa muncul segala macam ketakutan dan ketakberdayaan—otak benar-benar menjadi melempem.

Nah, temuan Dr. Lozanov tentang pentingnya sugesti positif itu mengubah kegiatan pembelajaran yang menekan itu secara radikal. Menurut kabar, sugesti positif dapat membuat seorang anak percaya diri dan melejitkan potensinya—dalam bidang apa pun. Saya kemudian bersegera mempraktikkannya dalam kehidupan nyata. Di kantong atau dompet, saya senantiasa menyimpan ”bahasa” yang saya tulis khusus untuk saya baca ketika saya ingin menghadapi sebuah kegiatan—misalnya menjadi narasumber dalam sebuah seminar atau instruktur dalam sebuah pelatihan menulis. Saya mensugesti positif diri saya bahwa saya bisa! Kini, setelah bertahun-tahun mempraktikkan membaca sugesti positif itu, saya merasakan kemampuan berbicara di depan publik dan melatih orang untuk memiliki kemampuan—terutama semangat menulis—menjadi meningkat sangat pesat. Saya mengalami accelerated learning!

Menurut Quantum Learning, sugesti positif juga dapat diciptakan dalam bentuk hal-hal seperti berikut ini: mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan wah sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih dengan sangat baik dalam seni pengajaran sugestif. Yang terakhir ini, menurut saya, sunguh sangat penting dan menentukan sekali sukses-tidaknya sebuah kegiatan belajar-mengajar. Guru selayaknya memang tidak hanya bertugas memberikan ”what”, tetapi—lebih dari itu—dia harus dapat mensugesti-positif murid-muridnya sehingga para murid itu dapat melanjutkan pembelajarannya di rumah dan di alam yang sangat luas.

Sugesti positif—sebagaimana ditemukan Dr. Lozanov—memang sudah mengubah kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Sudahkah Anda ikut terlibat dalam perubahan pembelajaran yang revolusioner tersebut?[]

Read More......

Sensasi-Baru Membaca Buku?: The Learning Revolution Part 1

Ketika membaca buku Dryden dan Vos, The Learning Revolution, saya diberi cara baru membaca. Buku ini ketebalannya mencapi 500 halaman lebih. Namun, buku ini memberikan iming-iming kepada saya untuk melakukan kegiatan membaca—tentu disertai pemahaman dan juga mengingat apa yang dipahami—dalam tempo hanya 30 (tiga puluh) menit! Bahkan, bagi yang sudah terlatih, waktu membaca yang 30 menit itu dapat diperpendek menjadi hanya 15 menit! Sebuah buku menawarkan kegiatan membaca yang ajaib? Ya dan saya pun sangat tertarik dengan iming-iming itu dan, akhirnya, menyempatkan diri untuk mengalaminya.

Jauh sebelum buku itu saya baca, saya sebenarnya sudah mengalami kegiatan membaca dalam bentuk yang baru sebagaimana yang ditawarkan oleh buku The Learning Revolution.


Buku yang membuat saya merasakan sensasi baru membaca itu berjudul Quantum Learning. Tidak seperti janji ajaib yang ada di The Learning Revolution, buku Quantum Learning hanya memberitahu kepada saya bahwa penyajian buku dipola secara khusus untuk mengikuti cara bekerjanya dua belahan otak—belahan otak kiri dan kanan. Halaman kiri Quantum Learning memang hanya diisi oleh full teks dan halaman kanannya diisi oleh gambar atau kata-kata dengan huruf yang sedikit tapi disajikan untuk membangkitkan semangat.

Penampilan dan penyajian ”content” The Learning Revolution tidak berbeda dengan Quantum Learning—halaman kiri dan kanan tetap disajikan secara berbeda. Hanya, apa yang ditampilkan oleh Quantum Learning dibalik oleh The Learning Revolution. Dalam The Learning Revolution, halaman kiri diisi gambar atau poster dan halaman kanan diisi teks secara penuh. Halaman yang berbeda tersebut terdapat di hamnpir seluruh halaman. Perbedaan lain yang dimiliki oleh The Learning Revolution dan tak dimiliki Quantum Learning adalah ia melengkapi pembaca dengan beberapa alat bantu membaca. Alat bantu yang sangat memberikan manfaat itu bernama “mindmapping”. Buku The Learning Revolution juga menyertakan petunjuk praktis bagaimana mengoperasikan “mindmapping” untuk kegiatan membaca—khususnya mengingat.

Bagi saya, membaca kedua buku ini bagaikan membaca perubahan-perubahan dahsyat yang terjadi di dunia pendidikan. Kedua buku itu berhasil merekam dan menyajikan perubahan di dunia pendidikan itu tidak saja secara atraktif tetapi juga “sexy” (menggoda). Apa perubahan-perubahan utama yang disajikan oleh kedua buku tersebut? “Cara”, ya cara menjalankan kegiatan mengajar dan belajar yang kadang radikal. Saya tidak hanya—secara praktis—diberi pengalaman dan cara baru membaca buku, tetapi juga cara baru belajar yang membuat saya nyaman dan “happy”.

Saya kemudian merasa yakin sekali bahwa cara-cara baru belajar yang dipaparkan oleh kedua buku itu bukan “akal-akalan” atau tipuan atau sulapan setelah saya selesai membaca buku karya Colin Rose, M.A.S.T.E.R It FASTER. Dalam buku ini, saya membaca hal berikut ini dengan sangat bergairah, “Masalahnya…. kita lebih sering diajari apa (what), tetapi tidak bagaimana (how). Padahal, belajar cepat dan berpikir jernih adalah keterampilan yang sama-sama dapat dipelajari dan diajarkan. Keduanya adalah keterampilan yang akan meningkatkan ‘nilai’ dan ‘kelayakan kerja’ Anda dalam dunia kerja yang cepat berubah seperti sekarang ini.”

Terus terang ketika membaca kata-kata Rose dan kemudian membayangkan pengalaman membaca The Learning Revolution dan Quantum Learning, saya seperti tersentak dan sadar bahwa—ketika di sekolah dulu—sepertinya saya hanya dijejali what dan sangat kurang diberi tuntunan perihal how. Mungkin ada sih, tetapi rasa-rasanya, how itu hanya berbentuk semacam peraturan yang kadang malah membuat saya tidak dapat bergerak secara bebas. Cara-cara yang diberikan oleh kedua buku itu benar-benar membuka cakrwala baru bagi saya untuk kemudian bersegara mengubah diri saya.

Jadi, sudahkah Anda mengalami sensasi baru membaca?[]

Read More......
 
 
 

KUNJUNGAN

free counters
Powered By Blogger

detiknews - detiknews

JARINGAN

 
Copyright © KAMUS BABEL